Jumat, 13 April 2018

Peningkatan Keberdayaan Konsumen: Cerdas Secara Digital

dok: http://harkonas.id/koncer.php
Presiden Republik Indonesia, Bapak Ir. Joko Widodo dalam lampiran pidato kenegaraannya pada tahun 2017 silam menyebutkan bahwa arah kebijakan perdagangan dalam negeri sebagaimana yang tertuang dalam RPJMN 2015 – 2019 ialah “Meningkatkan Aktivitas Perdagangan Dalam Negeri yang Lebih Efisien dan Berkeadilan” diantaranya melalui penguatan perlindungan konsumen dan standardisasi produk lokal di pusat dan daerah. 


Hal tersebut seiring sejalan dengan pernyataan Menteri Perdagangan, Bapak Enggartiasto Lukita dalam Siaran Pers pada April 2017 silam bahwasanya konsumen cerdas dapat memacu peningkatan daya saing produk nasional. Momentum peningkatan keberdayaan konsumen Indonesia harus terus ditingkatkan agar konsumen tidak rentan untuk dieksploitasi. Sejatinya, konsumen yang cerdas adalah konsumen yang mampu menegakkan haknya, melaksanakan kewajibannya serta mampu melindungi dirinya dari barang atau jasa yang merugikan. 


Upaya pembangunan lantas diselaraskan dengan langkah mencapai Nawacita diantaranya melalui dimensi pembangunan manusia yang didukung dengan perlindungan masyarakat dari konten internet yang dapat berdampak negatif. Peningkatan keberdayaan konsumen perlu dilakukan terutama di saat peluang dan tantangan yang dihadapi konsumen semakin kuat terutama dengan adanya perkembangan teknologi. 

Dinamika pasar yang semakin digital dan global akan memberikan banyak pilihan namun di satu sisi kita tidak boleh lengah. Oleh karenanya, guna menjamin pertumbuhan yang berkesinambungan maka diperlukan pengembangan pasar secara digital yang dapat dipercaya memberikan perlindungan terhadap konsumen dan terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari. Maka, diperlukan kerjasama dengan berbagai komponen dalam e-commerce tak terkecuali konsumen demi berkembangnya e-commerce nasional. 

Berdasarkan data, penjualan ritel e-commerce Indonesia diperkirakan mencapai US$ 8,59 miliar atau sekitar Rp 117,7 triliun pada tahun 2018. Jumlah tersebut, menurut data Statista memiliki peluang untuk meningkat menjadi US$ 16,5 miliar pada tahun 2022 mendatang. Sementara pembeli digital Indonesia diperkirakan mencapai 31,6 juta pembeli pada tahun 2018, dengan penetrasi sekitar 11,8 persen dari total populasi. Jumlah tersebut diproyeksikan akan meningkat menjadi 43,9 juta pembeli pada tahun 2022 dengan penetrasi 15,7 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Penjualan ritel e-commerce Indonesia merupakan yang terbesar di kawasan Asia Tenggara. 

dok: Sumber: Statista 
Berkenaan dengan hal tersebut, melalui jumlah populasi yang sangat besar, Indonesia menyimpan potensi ekonomi digital di masa yang akan datang seiring berkembangnya teknologi dan media sosial. Berdasarkan data Kepios (September 2017), jumlah populasi di Indonesia merupakan yang terbesar di kawasan Asia Tenggara karena mencapai 264 juta. Adapun penetrasi pengguna internet Indonesia mencapai 133 jiwa atau sekitar 50 persen dari total populasi. Sementara pengguna aktif media sosial mencapai 115 juta atau sekitar 44 persen dari total populasi. Sementara pengguna telepon seluler (ponsel) mencapai 371 juta atau 141 persen dari total populasi. 

dok: Sumber: Kepios 
Adapun pembayaran melalui transfer bank masih menjadi pilihan favorit di kalangan konsumen e-commerce. Pada tahun 2015, riset dari TechInAsia menyebutkan tidak kurang dari 57 persen transaksi online dibayar melalui transfer bank. Beberapa toko e-commerce menawarkan berbagai pilihan pembayaran agar memudahkan konsumen. Tingginya penetrasi media sosial di kalangan masyarakat juga membuat adanya perubahan tren menuju e-commerce berbasis sosial media. 

dok: Sumber: Techinasia.com
Hmm, masih butuh bukti kecerdasan konsumen di era digital? 

dok: http://harkonas.id/koncer.php
Bahwa sekitar 53 persen konsumen global menggunakan perangkat mobile untuk membandingkan harga barang terlebih dahulu sebelum membeli. Sekitar 38 persen akhirnya melakukan pembelian barang atau jasa dari gadget mereka. Konsumen online di Asia yang paling rajin membandingkan harga barang yang akan dibeli melalu gadget, yakni mencapai 60 persen. 

dok: Sumber: Nielsen.com 
Selain itu, bentuk kecerdasan selanjutnya ialah konsumen online global lebih memilih mengalokasikan kelebihan dananya dalam bentuk tabungan dibandingkan untuk liburan, berinvestasi maupun menikmati hiburan luar rumah. 

dok: Sumber: Nielsen Indonesia, PT (The Nielsen Company) 
Konsumen cerdas di era digital menjadi suatu keharusan dan hal ini telah tercapai perlahan. Berdasarkan data survei konsumen Bank Indonesia (BI) Mei 2017, indeks keyakinan konsumen (IKK) mencapai angka 125,9. Level ini merupakan yang tertinggi dalam lebih dari satu dekade terakhir. Tren positif yang ditunjukkan sepanjang tahun ini mencerminkan optimisme konsumen yang kian menguat. Tingkat Keyakinan konsumen online Indonesia terus meningkat dan menempati peringkat ketiga tertinggi di dunia. Hasil survei Global Survei of Consumer Confidence and Spending Intention Q3 2016 yang dirilis Nielsen menunjukkan indeks keyakinan konsumen Indonesia mencapai 122. 

dok: Sumber: Nielsen Indonesia, PT (The Nielsen Company) 

Peningkatan indeks tersebut menjadi kabar gembira karena mampu menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen menguat terhadap kondisi ekonomi. Tingkat konsumsi dari masyarakat Indonesia tentunya akan menyokong pertumbuhan ekonomi nasional dari sisi konsumsi. Ayo, jadi konsumen cerdas di era digital

Referensi: 
Cat: tulisan diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog HARKONAS 2018 oleh Kementerian Perdagangan Direktorat Pemberdayaan Konsumen 

dok: http://harkonas.id/koncer.php