Senin, 13 Agustus 2018

Pendidikan Keluarga Era Kekinian: Keluarga Hebat, Keluarga Terlibat

T: Gue pernah di-bully waktu SD. Gue diludahi dan dipalak setiap pulang sekolah. 
D: Loe tau nggak? Payu**ra gue pernah diremas teman sekelas waktu SMP. 
Topik obrolan istirahat makan siang kali ini terasa agak “jadul”. Pasalnya, di sela-sela obrolan makan siang bersama beberapa teman kantor, kami menyempatkan diri untuk bernostalgia tentang memori masa kanak-kanak yang terbilang cukup suram. Saya pribadi merasa bahwa apa yang dialami oleh T maupun D juga kerap terjadi pada setiap anak kecil, tidak terkecuali saya


Lingkungan sekolah sudah selayaknya menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk penyelenggaraan pendidikan dan keluarga tentu saja harus terlibat didalamnya bekerjasama dengan multi pihak untuk mencegah terciptanya anak-anak yang berpeluang besar berperan sebagai pelaku maupun korban. Karena ada saat dimana para anak kecil tersebut mengalami perlakuan yang tidak sepatutnya dan kemudian mereka merasa bingung bercampur takut untuk mengadu kepada siapa. 

Oleh karenanya, diperlukan kepekaan pihak keluarga untuk melibatkan diri khususnya terkait dengan upaya penyelenggaraan pendidikan di era kekinian  dan serba digital seperti sekarang ini. Perlunya upaya memahami dan komitmen yang tinggi untuk mewujudkan insan cerdas masa depan. Penyelenggaraan pendidikan baik di lingkungan sekolah maupun umum membutuhkan peran serta dan keterlibatan keluarga.

 
Hal ini pun didukung oleh data bahwa Generasi Z atau Gen Z merupakan konsumen yang sangat potensial. Di usianya yang masih muda (10-19 tahun), mereka dapat memengaruhi keputusan keluarga dalam membeli produk. Bayangkan saja! di usia yang masih belia, perananannya begitu berarti di tengah keluarga. Tentu dari segi bisnis cukup menggiurkan karena Gen Z merupakan aset masa depan yang menjadi incaran para pelaku industri pemilik brand (merk). 

Tak ayal, hal ini menjadi satu hal yang menarik untuk dipahami khususnya tentang perilaku dan kebiasaan para Gen Z. Di satu sisi, keluarga perlu berupaya lebih keras untuk melibatkan diri dan mengambil peranan. Pasalnya, di tengah era jaman now seperti saat ini ancaman teknologi sangat berpengaruh terhadap ketahanan keluarga. Terkait hal tersebut, pihak Parlemen khususnya Komisi VIII DPR RI telah menyusun Rancangan Undang-Undang (RUU) Ketahanan Keluarga yang bertujuan agar setiap keluarga menjadi kokoh terhadap segala permasalahan mengingat sistem moral yang kuat harus dimulai dari lingkungan keluarga. 

Berkenaan dengan hal tersebut, maka arah kebijakan dimensi pembangunan manusia dan masyarakat mencakup diantaranya tentang pembangunan pendidikan khususnya pendidikan keluarga. Adapun kehidupan keluarga sebagai lingkungan pendidikan keluarga membahas arti pendidikan keluarga, tujuan pendidikan keluarga, proses pendidikan dalam keluarga dan lingkup pendidikan dalam lingkungan keluarga. Disinilah peran serta keterlibatan keluarga sangat diperlukan dalam upaya penyelenggaraan pendidikan di era kekinian. 


Oleh karenanya, pendidikan keluarga mengandung makna pendidikan di dalam keluarga yaitu pendidikan yang berlangsung di dalam keluarga terhadap anak-anak yang lahir di dalam keluarga atau anak-anak yang menjadi tanggungan keluarga. Keluarga sebagai lembaga sosial terkecil berkembang menjadi diantaranya lembaga pendidikan yang perlu dijalankan di dalam arah dan tujuan mencapai keluarga bahagia dan sejahtera. 

Adapun permasalahan yang mengemuka sebelumnya merupakan bagian kecil dari belum optimalnya fungsi keluarga sebagai tatanan hidup yang merupakan dampak dari pertumbuhan masyarakat dewasa ini. Sehingga hal ini perlu menjadi perhatian bagi para pengelola pendidikan untuk selalu memperhatikan gejala perubahan masyarakat yang diimbangi dengan upaya untuk terus menerus memberikan informasi tentang cara melaksanakan pendidikan dalam keluarga dengan sebaik mungkin guna meningkatkan budi pekerti dan martabat manusia. 

Sehingga perlu membangun komunikasi yang efektif antara orang tua dengan pihak sekolah (baca: disini). Pelibatan keluarga dalam pendidikan anak di sekolah akan terlaksana bila telah terbangun komunikasi yang efektif antara pihak sekolah dan orangtua. Komunikasi akan lebih efektif bila terbangun komunikasi dua arah. 


Fungsi pendidikan memiliki hubungan yang erat dengan masalah tanggung jawab orang tua sebagai pendidik pertama bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab yang esensial. Di samping itu, keluarga bertanggung jawab untuk mengembangkan dan melaksanakan pendidikan anak-anak yang dilahirkan dalam keluarga untuk berkembang menjadi orang “dewasa”. Upaya pendidikan merupakan tanggung jawab keluarga sebagai lembaga pendidikan yang pertama. 

Pelaksanaan fungsi pendidikan dalam kehidupan keluarga bertautan erat dengan pelaksanaan fungsi perlindungan. Pendidikan dalam keluarga merupakan bagian dari fungsi perlindungan terhadap anak dan anggota keluarga lainnya. Fungsi sosialisasi mempunyai pertautan yang erat dengan fungsi pendidikan dan perlindungan. Keluarga mempunyai tugas menghantarkan anggota keluarga khususnya anak ke dalam kehidupan sosial (masyarakat) yang lebih luas. 

Pelaksanaan fungsi keluarga tersebut merupakan upaya menghadirkan keluarga sebagai lingkungan hidup seseorang yang lebih berorientasi kepada keniscayaan hadirnya dinamika kehidupan keluarga sebagai institusi sosial terkecil yang diharapkan memberikan pengaruh baik, pada kehidupan institusi sosial yang lebih luas. 

Kehidupan Keluarga sebagai Lingkungan Pendidikan Keluarga 

Keluarga sebagai insitusi sosial terkecil yang mempunyai fungsi dan tugas untuk menjalankan pendidikan dalam keluarga bagi setiap anggota keluarga. Dengan adanya fungsi pendidikan ini otomatis keluarga menjadi sentra dan lingkungan pendidikan bagi setiap anggota keluarga. Dengan kata lain keluarga sebagai sentra pendidikan ini secara langsung dan tidak langsung menunjuk pada pentingnya pendidikan dalam kehidupan keluarga. 

Dalam membahas tentang pendidikan dalam keluarga, Ki Hajar Dewantara lebih menekankan pada daya upaya orang tua untuk memajukan pertumbuhan anak yang berbudi pekerti luhur. Budi pekerti menunjuk pada masalah kekuatan batin dan karakter anak untuk mencapai kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak selaras dengan dunianya. 


Intinya, pendidikan keluarga adalah pendidikan yang harus dilaksanakan dalam keluarga oleh orang tua kepada dirinya sendiri, anggota keluarga yang lain dan kepada anak-anaknya seesuai dengan potensi mereka masing-masing, dengan jalan memberikan pengaruh baik melalui pergaulan antar mereka. Sehingga anggota kelurga dan anak yang bersangkutan kelak dapat hidup mandiri yang bertanggung jawab dan dapat dipertanggungjawabkan dalam lingkungan masyarakatnya sesuai dengan nilai-nilai budaya yang berlaku dan agama yang dianutnya. 

Usaha pendidikan tidak terkecuali pendidikan keluarga selalu bertujuan dalam lingkup kehidupan yang bernilai dan bermakna dalam kerangka sesuatu yang “ideal” atau “maksimal” sesuai dengan kemampuan anggota keluarga termasuk anak dalam keluarga itu. Dalam tujuan pendidikan biasanya terkandung tiga aspek kehidupan manusia dalam kaitannya dengan kehidupan di dalam lingkungan masyarakatnya, yaitu aspek kehidupan pribadi, sosial dan moral. 

Jadi, proses pendidikan di dalam keluarga harus bisa berjalan dengan sendirinya dalam pergaulan antar anggota keluarga termasuk pergaulan antara orang tua dan anak yang diwarnai oleh adanya kewibawaan orang tua dan rasa persahabatan antara orang tua dan anak. Pendekatan yang diterapkan adalah pendekatan kemanusiaan yang diwarnai rasa tanggung jawab dan kasih sayang. Pada akhirnya, keluarga harus menjadi pilar pembangunan dan kesejahteraan bangsa. #SahabatKeluarga

Referensi: 
Cat: tulisan diikutsertakan dalam Lomba Blog Pendidikan Keluarga oleh #SahabatKeluarga Kemdikbud