Jumat, 30 April 2021

Raih Rp 50 Juta Pertamamu sebagai Blogpreneur

“… So, blogs. So what? You've probably heard these things before. We talked about the WELL, and about all these sorts of things throughout our online history. But I think blogs are basically just an evolution, and that's where we are today. It's this record of who you are, your persona” – Mena Trott (TED Talks, February 2006).

Sekitar 15 belas tahun yang lalu tepatnya di tahun 2006, Mena Trott – The founding mother of the blog revolution – tampil di forum TED Talks dan membawakan narasi yang berjudul “Meet the founder of the blog revolution” (cek: disini). Ya, revolusi blog sudah didengungkan sejak belasan tahun yang lalu. Hal ini sebenarnya dapat menjadi peluang/potensi aktivitas usaha online di era transformasi digital seperti saat ini.

Pasalnya, Statista (2019) sudah melansir dan melakukan proyeksi sektor mana saja yang memiliki pendapatan e-commerce tertinggi di Indonesia untuk tahun 2017 – 2023. Diantaranya ada bidang elektronik dan media yang memberikan peluang pendapatan e-commerce tertinggi. Pemanfaatan media tidak terkecuali blog sebagai platform, memberikan peluang komunikasi dalam jaringan online.

dok: https://databoks.katadata.co.id/

Saya lantas ingin flashback ke beberapa tahun silam untuk berbagi sedikit pengalaman. Bermula dari keputusan saya untuk membuat sebuah web blog pribadi di tahun 2014, dengan domain gratisan tentunya. Karena bagi saya menulis tidak hanya sekedar hobi, melainkan juga terapi. Ya, bercerita melalui tulisan memberikan ketenangan dan kesenangan tersendiri. Apalagi jika aktivitas menyenangkan tersebut bisa dimonetisasi, hihi.

Seiring berjalannya waktu, saya memutuskan untuk mengkomersilkan blog yang saya miliki di sekitar tahun 2016. Diawali dengan membeli domain (dot com) sehingga mengubah blog gratisan saya menjadi berbayar. Blog yang saya miliki memang dikhususkan untuk artikel tulisan yang diikutsertakan dalam lomba atau kompetisi. Jadi, jumlah artikel/tulisan blog yang dihasilkan dalam sebulan bervariasi tergantung dari lomba/kompetisi yang diadakan dan saya ikuti tiap bulannya.

Setiap kali menang lomba/kompetisi artikel blog, saya bisa mengantongi hadiah berupa uang tunai jutaan rupiah bahkan gadget terbaru baik berupa laptop, smartphone maupun tablet. Jika ditotal, jumlah pendapatan saya melalui blog selang lima tahun terakhir ini berada di kisaran angka Rp 50 juta-an. Ya, angka yang menurut saya cukup fantastis. Sebenarnya nominal ini juga belum memperhitungkan pendapatan dari iklan Google AdSense. FYI, Google AdSense merupakan cara memperoleh penghasilan dari blog dengan cara menampilkan iklan Google di blog kita. Angkanya sendiri cukup lumayan, karena berkisar di angka minimal Rp 1,3 juta untuk beberapa iklan yang tayang.

Selain dalam bentuk materi (uang tunai dan hadiah elektronik), menulis blog mengantarkan saya pada beberapa kesempatan untuk bertemu dengan para penyelenggara acara dalam hal ini para pejabat, pimpinan tinggi dan CEO. Saya teringat pada tahun 2016 silam saya berkesempatan bertemu langsung dan bersalaman di atas panggung ketika penyerahan hadiah dengan Bu Susi Pudjiatuti yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. Pada kesempatan lainnya pula saya berjumpa langsung dengan para pejabat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia.

dok: https://www.bpk.go.id/

Saya lantas menyebut diri sebagai seorang “Blogpreneur”, karena saya memperoleh pendapatan dari aktivitas menulis blog (ngeblog). Awalnya ini hanya menjadi semacam moonlighting atau pekerjaan sampingan (side job), karena pada dasarnya saya juga memiliki beberapa kontrak pekerjaan sebagai konsultan/peneliti. Tapi, aktivitas blogging ini ternyata malah memberikan passive income yang lebih dari cukup untuk membiayai dan memenuhi pengeluaran dan kebutuhan hidup sehari-hari. Apalagi saat ini saya telah memiliki anak, tentu tingkat pengeluarannya juga meningkat.

Berdasar pengalaman yang saya miliki dari beberapa kali memenangi kompetisi menulis artikel di blog, penilaian para dewan juri tidak hanya sebatas pada kualitas artikel tulisan yang kita ikutsertakan dalam lomba, melainkan juga kualitas web blog yang kita miliki. Bukan rahasia lagi, web blog yang berbayar tentu akan lebih diperhitungkan dibandingkan blog gratisan. Hal ini dikarenakan “persona” itu tadi seperti yang disampaikan Mena Trott, bahwa blog yang kita tampilkan perlu menunjukkan keseriusan dan profesionalitas.

Baiklah, sebagai contoh berikut tampilan ikhtisar traffic blog saya sejak 2016. Terlihat tren yang cukup signifikan dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Blog saya sudah dilihat sekitar 300 ribuan kali dengan total 800-an komentar.

dok: pribadi

Guna meningkatkan performa blog yang kita miliki, kita dapat melakukan pengecekan kata kunci penelusuran apa yang paling sering dicari oleh pembaca. Semisal, kata kunci penelusuran “report e-retribusi” ternyata yang paling sering dicari. Hal ini tidak mengherankan karena memang isu digitalisasi khususnya layanan keuangan di sektor pemerintah saat ini sedang marak dan hangat diperbincangkan.

dok: pribadi

Selanjutnya, kita juga dapat melakukan pengecekan secara demografi letak lokasi pembaca blog kita. Ternyata pembaca blog saya yang berasal dari Indonesia hanya 11 persen dan pembaca dari Amerika Serikat memiliki angka tertinggi yaitu 36 persen. Hmm, sepertinya blog ini lumayan go international, haha.

dok: pribadi

Sebenarnya kata kunci dari aktivitas menulis di blog adalah DUIT alias Doa, Usaha, Ikhtiar dan Tawakal. Dibutuhkan komitmen dan konsistensi dalam menulis. Terkadang memang ide-ide tulisan datang secara tidak terduga dan bisa darimana saja bahkan dari siapa saja. Kita hanya butuh waktu dan sedikit tenaga untuk mau menuangkannya dalam bentuk tulisan.


Selain itu, tentu dibutuhkan kelengkapan secara teknis guna mendukung performa dan tentu saja “persona” dari blog yang kita miliki. Oleh karenanya Exabytes Indonesia hadir dengan tagline “Grow Your Business Online”. Exabytes Indonesia memiliki komitmen untuk menumbuhkan usaha bisnis online yang dimiliki melalui platform digital/daring.

dok: https://www.exabytes.co.id/

Layanan yang ditawarkan diantaranya Membuat Domain; Hosting SSD; Servers; Membuat Website dan Marketing; serta Email dan Office. Untuk pendaftaran domain sendiri misalnya domain dot com dibanderol dengan harga Rp 119 ribu per tahun. Wow! Angka ini benar-benar super murah, karena untuk domain dot com yang saya gunakan sekarang harganya sekitar Rp 200-an ribu per tahun. Hmm, sepertinya saya terpikir untuk addon domain dengan melakukan transfer domain saja, hehe. Setelah saya cek untuk proses transfer domain dot com sendiri minimal 1 tahun dengan biaya transfer di angka Rp 149 ribu. Saya rasa harga ini cukup sebanding dengan apa yang akan kita peroleh dari pendapatan/penghasilan blog kita.

dok: https://www.exabytes.co.id/

Memiliki domain dari web blog yang berbayar akan memudahkan kita melakukan monetisasi/komersialisasi blog, tidak hanya dari kompetisi artikel melainkan juga iklan. So, it worthy! Jadi, tunggu apalagi ayo mulai usaha online kalian saat ini dengan menjadi Blogpreneur. Jangan hanya jadi pembaca setia, mulai menulis sekarang juga. Dan tentunya beli domain dan/atau hosting-nya di Exabytes Indonesia, ya. Pst, sekarang ini sedang berlangsung promo yang sayang untuk dilewatkan di Exabytes Indonesia yaitu “Beli Hosting Gratis Domain”. Jadi, buruan!

Cat: tulisan diikutsertakan dalam Exabytes Indonesia Blog Competition Season 2

Kamis, 29 April 2021

Potensi Teknologi Cloud Computing dalam Transformasi Digital

“…Now to make this ecosystem possible, we have to avoid fragmentation. We have to avoid different interfaces for different people for different things. We have to create uniform user experience and, for that reason, we have to create a single computing platform which powers all those things. What is the platform going to be? And I think the answer is obvious: it's a cloud, cloud computing” – Ivan Poupyrev (TED Talks, April 2019)

Beberapa tahun sebelumnya, tepat di 2013, Marco Annunziata pada forum yang sama yaitu TED Talks melalui narasinya yang berjudul “Welcome to the age of the industrial internet” menyampaikan bahwa cloud computing (komputasi awan) telah mengalami kemajuan yang berarti. Selanjutnya, hal tersebut memang terbukti menjadi harapan baru di dunia teknologi dan informasi.

Bahkan World Economic Forum telah memprediksi bahwa cloud computing akan menjadi salah satu ragam teknologi yang paling potensial diadopsi pada 2025 mendatang. Artinya, dalam empat tahun kedepan dibutuhkan persiapan yang matang baik dari segi Sumber Daya Manusia maupun infrastruktur.

dok: https://databoks.katadata.co.id/

Presiden Joko Widodo dalam lampiran Pidato Kenegaraannya pada tahun 2020 telah menyampaikan bahwa dalam hal pengembangan Sumber Daya Manusia bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK), telah diselenggarakan Digital Talent Scholarship untuk mempersiapkan talenta digital yang menguasai diantaranya Cloud Computing. Hal ini menjadi langkah konkrit dari pemerintah dalam rangka meningkatkan digitalisasi di tanah air.

Sebagai contoh, tentu kita sudah mengenal dan banyak mendengar tentang Alibaba. Bloomberg melansir bahwa pendapatan Alibaba per Maret 2016 diantaranya berasal dari Cloud computing dan infrastruktur internet sebesar 3 miliar Yuan Cina atau jika dirupiahkan sekitar Rp 6,7 triliun. Bayangkan saja peluang peran cloud computing yang dapat berdampak besar terhadap anggaran dan pendapatan negara jika dioptimalkan pemanfaatannya.


Oleh karenanya, kehadiran IDCloudHost (PT Cloud Hosting Indonesia) sebagai salah satu web hosting dan Cloud Provider Indonesia yang menawarkan berbagai layanan terbaik tentu menjadi alternatif solusi di bidang digitalisasi. Melalui tagline “One Stop Platform to Go Digital”, IDCloudHost dipercaya sebagai web hosting terbaik di Indonesia dengan lebih dari 100 ribu klien. IDCloudHost diantaranya menawarkan layanan server Private Cloud yang merupakan layanan full cloud pertama di tanah air. Paket layanannya lengkap dengan harga yang terjangkau.

Melalui beberapa program yang ada IDCloudHost benar-benar totalitas memberikan layanan yang terbaik. Semisal, melalui Program Ekabima yang berfokus pada dukungan ekosistem digital di bidang pendidikan. IDCloudHost memberikan website GRATIS bagi seluruh sekolah di Indonesia (cek: disini). Tujuannya adalah agar tiap sekolah di tanah air dapat memaksimalkan kegiatan E-Learning, Learning Management System, PPDB dan Ujian Online (CBT) melalui layanan server VPS Sekolah.


Saya teringat pada 2014 silam pernah terlibat dalam project Jakarta Learning Center (JLC). Kami bekerjasama dengan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta untuk membuat semacam modul pembelajaran online. Tujuannya adalah untuk melakukan edukasi dan literasi berbasis digital. Saya rasa layanan yang tersedia dan ditawarkan oleh IDCloudHost ini akan mampu melengkapi program/proyek yang dibuat oleh Pemerintah baik di daerah maupun pusat. Sebenarnya satu hal yang dibutuhkan adalah kerjasama multipihak tidak terkecuali dengan pihak swasta.

Lalu, Program Pesantren Go Digital (cek: disini) yang memberikan satu platform untuk Pesantren agar dapat Go Digital. Sebagaimana kita ketahui bahwa saat ini arus ekonomi Syariah dan keuangan Syariah sedang menjadi perhatian banyak pihak. Program ini dapat menjadi kata kunci digitalisasi segmen lembaga pesantren. Sama halnya dengan Program Rumah Ibadah Go Digital dalam rangka mendukung digitalisasi rumah ibadah untuk meningkatkan dampak positifnya melalui layanan digital (cek: disini).

Tiga tahun belakangan ini sejak 2018 silam, saya terlibat sebagai Koordinator Program yang menangani keuangan inklusif dan keuangan Syariah di salah satu lembaga pemerintahan/Kementerian, sehingga sedikit banyak memperoleh gambaran terkait dengan hal tersebut. Saya meyakini bahwa layanan yang ditawarkan oleh IDCloudHost melalui Program Pesantren Go Digital terutama akan mampu mendukung terwujudnya program pemerintah dalam rangka akselerasi transformasi digital di bidang Syariah dan keagamaan.

Selanjutnya, melalui Program NGO Go Digital yaitu berupa bantuan akses digital untuk membangun platform dalam rangka memperluas jangkauan dan manfaat dari sebuah NGO (Cek: disini). Saya sendiri mengawali karir di sebuah NGO sebagai researcher associate yaitu tepatnya di Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC) yang berlokasi di Beji, Depok. Lalu berkembang di beberapa proyek konsultan dan pemerintahan.


Kedepan, berbekal pengalaman yang ada selang delapan tahun belakangan ini saya berniat untuk membangun NGO sendiri baik berbadan hukum komunitas/perkumpulan/yayasan yang bergerak di bidang konsultan. Sepertinya IDCloudHost dapat menjadi opsi terbaik agar NGO yang akan saya bangun nanti dapat berkembang dengan cepat. Pasalnya, melalui Program NGO Go Digital ini selain memperoleh kemudahan, saya akan memperoleh akses layanan yang prima.

dok: pribadi

Arah peluang digitalisasi kedepan sudah terbaca dengan jelas. Cloud computing menjadi salah satu yang diperhitungkan dan berpotensi untuk diadopsi dan dikembangkan. Apalagi di era transformasi digital seperti saat ini, kita butuh akselerasi/percepatan di tiap lini. Isu Big Data menjadi hal yang kerap diperbincangkan dan erat kaitannya dengan teknologi cloud computing. IDCloudHost berperan dalam peningkatan penetrasi digital dan literasi digital secara merata antar wilayah dan digitalisasi pelayanan.

Ayo, bersama-sama kita melek dan Go Digital!

Cat: tulisan diikutsertakan dalam blog competition oleh IDCloudHost Indonesia


Banner Blog Competiotion 320x160

Jumat, 16 April 2021

Kota Cerdas Pangan yang Inklusif dan Berkelanjutan

“... the best thing to do with food is to eat and enjoy it, and to stop wasting it. 
Stop wasting food!”

Tristram Stuart, seorang aktivis, memberikan pernyataan tersebut di forum TED London Spring pada 2012 silam. Melalui narasinya yang berjudul “The Global Food Waste Scandal”. Hal sederhana seperti menghabiskan makanan tanpa sisa sebenarnya cukup mudah dilakukan dan ternyata berdampak luar biasa. Percaya atau tidak, dengan kita mulai menghabiskan makanan dan tidak menyisakan apalagi membuang makanan yang kita makan maka secara tidak langsung kita telah turut andil dan berperan serta menjaga keberlanjutan bumi, anak cucu kita dan tak terkecuali keberlangsungan semua organisme di muka bumi.

Kok bisa?

Iya, karena kita telah menerapkan gaya hidup bebas sampah makanan. Tentu akan lebih baik jika kita juga mulai belajar untuk mengolah sampah makanan yang kita hasilkan. Mulai dari hal kecil saja dulu seperti misalnya mulai untuk memilih dan memilah sampah organik dan anorganik. Repot? Iya, awalnya. Tapi, bila sudah terbiasa akan sangat mudah. Bukankah kita bisa karena biasa? Ingat, ya.

Hmm, kenapa sih permasalahan sampah makanan ini seolah menjadi sangat penting?

Pasalnya, semua masalah persampahan makanan ini bersumber dari piring makan dan dapur kita masing-masing!

Bayangkan saja, komposisi limbah makanan global terbesar dihasilkan oleh rumah tangga yaitu sebesar 569 juta ton! Angka ini lebih besar dibandingkan limbah makanan yang dihasilkan oleh layanan makanan (sebesar 244 juta ton) dan retail (sebesar 118 juta ton). Angka ini bersumber dari United Nations Environment Programme (UNEP) per Maret 2021.

dok: https://databoks.katadata.co.id/

Kabar buruknya lagi, Indonesia menduduki posisi tertinggi penghasil limbah makanan rumah tangga terbesar di Asia Tenggara. Indonesia berhasil (?) mengungguli Filipina, Vietnam, Thailand, Myanmar, Malaysia, Kamboja, Laos, Singapura, Timor-Leste dan Brunei Darussalam. Bahkan secara global, total limbah makanan yang dihasilkan setiap orang per tahun di Indonesia lebih besar daripada di negara adidaya Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab yaitu sebesar 300 kg tiap orang per tahun. Wow!

Angka ini kemudian diperkuat dengan angka komposisi sampah di Indonesia berdasarkan jenis dimana ternyata sampah organik adalah yang terbesar dihasilkan dibandingkan sampah plastik, kertas, karet, logam, kain, kaca dan jenis sampah lainnya. Kita mungkin saja tidak menyangka bahwa ternyata hal yang lekat dengan keseharian kita menjadi pangkal permasalahan persampahan yang cukup pelik.

Kemudian jika ditelusur lebih lanjut, buah dan sayur merupakan komposisi limbah makanan yang terbesar. Angkanya paling tinggi dibandingkan dengan limbah makanan seperti sereal, umbi-umbian, susu dan telur, daging, minyak sayur dan kacang, serta ikan dan makanan laut. Bukan hal yang mengherankan, karena dalam keseharian buah dan sayur adalah elemen makanan pelengkap yang memenuhi kebutuhan gizi pokok sehari-hari dan sumber vitamin guna mencapai komposisi 4 sehat dan 5 sempurna.

Penyelesaian masalah sampah memang masih bersifat parsial dan belum terpadu serta belum didukung oleh perubahan perilaku masyarakat untuk memilah sampah. Hal inilah yang menjadi salah satu permasalahan lingkungan yang utama. Maka, diperlukan peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan sampah.

Oleh karenanya, perlu upaya strategis mewujudkan “Kota Cerdas Pangan” yang bebas sampah makanan. Deakin et al (2019) dalam penelitiannya yang berjudul The Governance of A Smart City Food System: The 2015 Milan World Expo menegaskan bahwa tata kelola sistem Kota Cerdas Pangan terletak pada aspek sosial, budaya dan lingkungan. Bila hal ini terlaksana dengan baik maka akan sangat mendukung terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.

Lebih lanjut Damian Maye (2019) melalui artikelnya yang berjudul “Smart Food City”: Conceptual Relations Between Smart City Planning, Urban Food Systems and Innovation Theory juga menyebutkan bahwa pada dasarnya konsep “Smart City” mengusung kemajuan teknologi dan pengumpulan data melalui infrastruktur lingkungan perkotaan. Pasalnya, pembangunan infrastruktur yang mendasari inovasi perkotaan dan regional akan sangat mendukung pertumbuhan sistem pangan yang berkelanjutan. Jadi, Kota Cerdas Pangan dapat menjadi pelopor terwujudnya ketahanan pangan di suatu daerah. Sehingga, teknologi menjadi kata kunci dalam mewujudkan “Kota Cerdas Pangan” dengan tentunya tetap memperhatikan inovasi sosial berbasis komunitas/masyarakat.

Adapun Bandung Food Smart City yang merupakan bentuk Gerakan Bersama pemangku kepentingan terkait yang berfokus pada masalah sampah makanan khususnya sampah sisa makanan (food waste). Program ini merupakan kolaborasi antara Rikolto veco, para akademia Fisip UNPAR dan Pemerintah Kota Bandung guna mewujudkan Bandung menjadi kota yang cerdas pangan guna mengurangi permasalahan food waste.


Saya lantas teringat pada 2014 silam, saya pernah berkesempatan mengikuti Parahyangan Green Challenge yaitu acara tahunan berskala nasional yang diselenggarakan oleh akademia Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR). Saya mewakili Institut Pertanian Bogor (IPB) kala itu. Saya berangkat dari Bogor menuju Bandung dan mengikuti rangkaian kegiatan.

Tahap pengolahan kompos (dok: pribadi)

dok: pribadi

Kami melakukan kunjungan lapang ke Kota Baru Parahyangan yang merupakan kota satelit mandiri dengan misi pro lingkungan. Kami bertemu langsung dengan para pegiat lingkungan dan mengamati secara langsung proses pembuatan kompos, lubang biopori, proses menanam di sawah dan mengunjungi beberapa green building yang ada. Sungguh pengalaman yang berkesan karena diberi kesempatan belajar mengenal lingkungan dan menyatu dengan alam. Kedepan, besar harapan program Bandung Food Smart City ini juga dapat berjalan dengan baik dan pilot project ini dapat direplikasi oleh daerah lainnya di tanah air Indonesia.

dok: pribadi

Persemaian tanaman (dok: pribadi)

Ayo, lebih peduli dengan isu sampah makanan. Mulai dari hal kecil yaitu ambil, makan dan habiskan makananmu. Jangan sisakan apalagi dibuang. Save the food! Bersama kita wujudkan “Kota Cerdas Pangan” yang bebas dari sampah makanan.

Sumber:
Cat: tulisan diikutsertakan dalam Lomba Blog “Gaya Hidup Minim Sampah Makanan” oleh Bandung Food Smart City

dok: https://bandungfoodsmartcity.org/

Rabu, 07 April 2021

Pandemi Berdampak Signifikan terhadap Lingkungan

Penelitian berjudul “Indirect Effects of COVID-19 on The Environment” (baca:disini) yang ditulis oleh Manuel A. Zambrano-Monserrate et al dan dipublikasikan oleh Jurnal Science of The Total Environment (Elsevier) pada Agustus 2020 silam seolah menjawab semua pertanyaan keterkaitan erat antara pandemi COVID-19 dengan ekosistem alam.

dok: https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0048969720323305

Manuel dan kawan-kawannya melakukan penelitian terkait dampak COVID-19 dengan tujuan untuk menunjukkan dampak tidak langsung baik positif maupun negatif dari COVID-19 terhadap lingkungan. Lebih lanjut penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tindakan kontingensi dan peningkatan kualitas udara, pantai yang bersih dan pengurangan kebisingan lingkungan. Bisa dikatakan bahwa ini merupakan dampak positif dari adanya COVID-19. Kita memperoleh kesempatan untuk melakukan pelestarian lingkungan dan menjaga keanekaragaman hayati demi masa depan yang berkelanjutan dan kebaikan generasi mendatang di muka bumi.

Di sisi lain, aspek negatif sekunder yang ditimbulkan adalah pengurangan daur ulang dan peningkatan sampah yang tentunya dapat menyebabkan pencemaran ruang fisik berupa air, tanah dan udara. Pasalnya, ini bisa jadi merupakan imbas dari adanya himbauan dan/atau kebijakan bagi tiap pekerja untuk bekerja dari rumah dan adanya pelarangan untuk melakukan aktivitas fisik diluar rumah, jika tidak begitu mendesak. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa penyelesaian masalah persampahan sendiri selama ini masih bersifat parsial. Edukasi akan pentingnya pengelolaan sampah domestik masih perlu terus ditingkatkan agar masyarakat semakin melek lingkungan.

Ibarat dua sisi mata uang, COVID-19 memberikan dampak secara tidak langsung baik berupa dampak positif maupun negatif terhadap lingkungan sekitar. Hal ini lalu dipertegas oleh Antonio Guterres, Sekjen PBB, melalui forum TED pada 2020 silam yang secara gamblang menyebutkan bahwa “...Pandemi COVID-19 telah mengungkap ketidakadilan mendasar dan ketidaksetaraan masyarakat kita” (lihat: disini). Kendati demikian, pergolakan pandemi COVID-19 ini menyajikan kesempatan untuk memetakan haluan baru yang bisa mengatasi setiap aspek krisis iklim secara langsung. Itulah yang kemudian disebut dengan ‘Kenormalan Baru’.

Belum lagi adanya persepsi dari para akademisi dan peneliti atas masalah yang kemungkinan terjadi di masa depan (baca: disini) semisal terjadinya pandemi lainnya, perubahan iklim dan lingkungan, gelombang lain COVID-19, permasalahan sosio-ekonomi, kesehatan maupun kasus politik dan kesejahteraan. Meskipun begitu, pelbagai kemungkinan tersebut dapat menjadi sesuatu hal yang bisa dicegah asalkan adanya persiapan yang matang.

dok: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/11/27/akademisi-menilai-persiapan-matang-bisa-mencegah-pandemi-di-masa-depan#

Oleh karenanya arah kebijakan dan strategi yang perlu diupayakan pada masa pandemi COVID-19 diantaranya adalah: Mendukung langkah-langkah percepatan pemulihan ekonomi dengan konsep keseimbangan pembangunan dan kelestarian (good forest governance); Menjaga kelestarian lingkungan; Meningkatkan penegakan hukum; serta mengantisipasi dampak lingkungan akibat pandemi COVID-19 melalui kerjasama dengan sektor swasta.

Langkah antisipatif dampak lingkungan akibat pandemi COVID-19 dapat dilakukan melalui bentuk kerjasama dengan sektor swasta diantaranya melalui pemenuhan asuransi bagi tiap masyarakat Indonesia. Semisal melalui produk Asuransi Umum (Asuransi Umum adalah Asuransi yang memberikan ganti rugi kepada Tertanggung atas kerusakan atau kerugian harta benda). Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pandemi COVID-19 telah melumpuhkan berbagai lini sektor kehidupan. Tidak sedikit masyarakat kita yang tentunya tidak hanya mengalami masalah kesehatan tapi juga terdampak atas kerusakan dan/atau kerugian harta benda diakibatkan oleh pandemi COVID-19.


Sejak 2020 silam, MSIG Indonesia melalui Sinarmas MSIG Life menghadirkan perlindungan santunan khusus terkait pandemi COVID-19. Langkah ini terus ditempuh dan menjadi bagian penting dari kampanye Biodiversity MSIG Indonesia. Satu peran swasta yang patut diacungi jempol. Hal yang luar biasa bagi sebuah perusahaan asuransi untuk berkomitmen mewujudkan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati. Mengingat bahwa keanekaragaman hayati adalah satu hal yang mendasar guna pengembangan ekosistem yang berkelanjutan.

Bukti nyata yang telah dilakukan oleh MSIG Indonesia dalam rangka pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati yaitu (cek: disini) sebanyak 300 ribu pohon telah ditanam di lahan seluas 350 ha; 185 rumah tangga telah diberi pelatihan tentang metode penanaman; 337 siswa telah dididik tentang keanekaragaman hayati dan lingkungan; 97.057 benih telah didistribusikan untuk mendorong penghijauan diantara masyarakat setempat; 165 guru telah diberi pelatihan tentang pendidikan lingkungan; 23 spesies burung tambahan telah didokumentasikan; 21.300 bayi bakau telah ditanam; 22 sekolah telah berpartisipasi dalam pendidikan lingkungan; dan 9 spesies kupu-kupu tambahan telah didokumentasikan.

Ini merupakan langkah serius yang dillakukan oleh MSIG Indonesia demi masa depan yang berkelanjutan. Sesuai dengan tagline-nya ‘Insurance that sees the heart in everything’, MSIG Indonesia berupaya melihat arti lebih dalam segala hal. So, Mari Berasuransi! Dan menjadi bagian dari kontributor keanekaragaman hayati untuk negeri.

Cat: tulisan diikutsertakan dalam Kompetisi Penulisan Blog MSIG Indonesia

Senin, 05 April 2021

Bekerja Lebih Efektif dan Kolaboratif di GoWork

Bayangkan ketika kalian berada dalam situasi yang tidak kondusif saat hendak mengikuti rapat online selama Working from Home (WFH). Misalnya saja ketika tetangga sebelah rumah secara tiba-tiba memasang musik yang terlalu nyaring, atau mungkin saja sedang renovasi rumah sehingga menimbulkan ketidaknyamanan dalam bekerja karena terganggu dengan suara bising yang ditimbulkan.

Hal tersebut merupakan kondisi yang tidak terduga dan sulit untuk diprediksi, bukan? Oleh karenanya, WFCS alias Working from Coworking Space adalah alternatif solusinya. Tentu saja dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku selama masa pandemi Covid-19 saat ini.

GoWork merupakan salah satu Startup Indonesia yang bergerak di bidang Coworking Space. Lokasi kerjanya tersebar di beberapa wilayah di Indonesia antara lain di Bali, Medan, Tangerang dan untuk DKI Jakarta sendiri terdapat di Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara.

Laman Alexa melansir bahwa prosentase kunjungan laman GoWork selang sebulan terakhir ini adalah sekitar 85,4 persen dan mayoritas pengunjung berasal dari Indonesia. Tren kunjungan ke situs GoWork pun terus meningkat secara signifikan. Tentu hal ini merupakan sinyal yang positif.

dok: http://alexa.com/

Pasalnya, DailySocial.id (2018) melansir bahwa Coworking Space merupakan salah satu kategori Startup Indonesia yang paling diminati oleh investor (baca:disini). Bahkan angkanya lebih unggul dibandingkan Startup Indonesia yang bergerak di bidang Big Data dan Analisis Data serta Entertainmen.

Saya pun mulai tertarik untuk mencari tahu lebih lanjut tentang fitur-fitur yang dimiliki GoWork melalui aplikasi. Khawatir kejadian tak terduga terulang lagi, saya perlu melakukan upaya preventif guna berjaga-jaga jika suatu saat butuh ketenangan ekstra dalam bekerja demi kenyamanan bersama baik saya pribadi maupun mitra kerja.


Setelah melakukan pendaftaran melalui aplikasi GoWork, saya langsung masuk ke beranda. Saya menentukan titik lokasi domisili untuk menemukan lokasi GoWork terdekat yaitu Chubb Square, Plaza Indonesia dan Setiabudi yang berjarak sekitar 5,4 km dari tempat tinggal saya (fyi, saya berdomisili di Jakarta Pusat).

dok: pribadi/app GoWork
 
Saya memilih GoWork Chubb Square yang berlokasi di Jalan M.H Thamrin Jakarta Pusat untuk fitur “Desk”. Saya memperoleh info yang cukup lengkap yaitu harga Sewa Ruang Kerja di Chubb Square yang sangat terjangkau dan ramah di kantong pekerja yaitu sebesar Rp 125 ribu per hari. Selain itu saya juga memperoleh informasi ketersedian meja kerja sebanyak 5 (lima). Fasilitas lain yang tersedia yaitu high speed internet dan refreshment.

dok: pribadi/app GoWork

Jam operasional GoWork juga mengikuti ritme kerja kantoran yaitu Senin sampai Jumat dengan jam kerja pukul 09.00 hingga 16.00. Cara pemesanan pun sangat mudah, saya hanya perlu memilih tanggal kedatangan dan langsung “book a desk” deh! Selain fitur/pelayanan untuk individual seperti Desk, GoWork juga menyediakan produk lainnya seperti Meeting Room, Event space, dan lainnya. Sehingga memungkinkan kita untuk melakukan Sewa Kantor Siap Pakai, Sewa Ruang Meeting maupun Sewa Virtual Office, pokoknya GoWork jawabannya!

Oya, GoWork juga secara rutin mengadakan events, semisal di GoWork Chubb Square pada 5 April 2021 pukul 09.30 hingga 11.00 telah diadakan GoWork Monday Breakfast, dan acara tersebut gratis! 

dok: pribadi/app GoWork

Sebagai member GoWork, kita juga dapat memperoleh beragam keuntungan lainnya semisal potongan sekian persen untuk beberapa item di masing-masing kategori.

dok: pribadi/app GoWork

Pastinya menyenangkan rasanya bekerja di lokasi GoWork yang dekat dengan tempat tinggal karena kita bisa menghemat banyak tenaga, waktu dan tentunya biaya transportasi. Sudah bisa dipastikan bahwa lokasi-lokasi kerja GoWork sangat strategis dan ditunjang dengan fasilitas yang aman, nyaman, dan modern. Tidak sabar rasanya menjadi bagian dari komunitas partner GoWork. Bekerja dengan penuh ketenangan dan semakin produktif dalam berkarya.

Rachel Botsman, seorang peneliti, pada 2010 silam di forum TEDxSydney telah menyebutkan tentang masa depan “coworking” pada topik pembicaraannya yang berjudul “The Case for Collaborative Consumption” (lihat: disini). Rachel menjelaskan bahwa coworking akan menjadi sebuah “Collaborative Lifestyles”. Ya, pemikiran Rachel sebelas tahun yang lalu memang terbukti secara akurat pada saat ini. Seperti tagline GoWork bahwa “Work is Changing. Seize The Opportunity”.

Ayo, #KerjaLebihDekat di GoWork!

Cat: tulisan diikutsertakan dalam GoWork Blog Competition 2021 #KerjaLebihDekat