Jumat, 30 Desember 2016

Berlibur di Buru Tanpa Khawatir Diburu Waktu

Retemena Barasehe!

Pertengahan tahun 2016, kami menuju Pulau Buru yang terletak di Provinsi Maluku. Perjalanan kali ini dalam rangka pekerjaan, hanya saya bercitarasa liburan. Lagipula tidak ada salahnya kalau Pulau Buru lantas menjadi destinasi liburan di Indonesia. Kabupaten Buru yang terletak di Pulau Buru beribukotakan Namlea dan secara administratif geografis di bagian utara berbatasan dengan Laut Seram, di bagian selatan berbatasan dengan Laut Banda, di bagian timur berbatasan dengan Selat Manipa dan di bagian barat berbatasan dengan Laut Buru.

Bumi Maluku tampak dari Ketinggian (dok: pribadi)
Berdasarkan informasi, di zaman pendudukan Jepang tepatnya pada Perang Dunia ke – 2, Namlea pernah dijadikan sebagai pangkalan transit pesawat tempur Jepang sehingga wilayah Buru memegang posisi penting dalam pertahanan dan keamanan. Pada awal pemerintahan orde baru pun Buru ditetapkan sebagai camp tahanan politik. Wilayah ini kemudian dikembangkan menjadi daerah transmigrasi karena tanahnya cocok untuk lahan pertanian sehingga Buru juga dikenal sebagai daerah penghasil beras di Maluku.

Kami beruntung berkesempatan menyaksikan secara langsung bagaimana suasana kondusif yang tercipta di Buru saat ini lengkap dengan lahan pertanian dan bercocok tanam yang tertata. Barangkali sangat berbeda jauh dengan kegetiran pada beberapa waktu yang silam ketika Buru kerap dijadikan “tempat buangan” para tahanan politik saat itu.


Kabupaten Buru pada mulanya merupakan bagian dari Kabupaten Maluku Tengah hingga pada tanggal 12 Oktober tahun 1999 dimekarkan sebagai kabupaten baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.46/1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Lalu, pada tahun 2008 Kabupaten Buru kembali dimekarkan menjadi 2 kabupaten seiring dengan dikeluarkannya UU No.32/2008 tentang Pembentukan Kabupaten Buru Selatan dan Kabupaten Maluku Barat Daya.

Alkisah, berdasarkan kepercayaan yang berkembang di tengah masyarakat dari aspek sosial budaya, diketahui bahwa suku asli Pulau Buru ialah suku Alifuru yang menyebut dri mereka masyarakat Bumilale (Bumi: tanah; dan Lale: besar yang menunjuk pada arti hidup). Istilah ini mengandung makna sakral dan mendalam. Menurut kepercayaan suku ini, leluhur dipercaya sebagai Tuhan yang tinggal di Gunung Date dan Danau Rana. Sehingga kedua tempat tersebut dianggap suci dan sakral serta seringkali dijadikan pusat pemujaan bagi leluhur masyarakat.

Gunung Date dan Danau Rana juga dipercaya sebagai tempat asal manusia pertama yang menginjakkan kaki di Pulau Buru. Mereka ialah para leluhur yang dalam mitos dilambangkan dengan burung berbulu putih. Berdasarkan kepercayaan masyarakat, burung mistis ini dianggap sebagai arwah para leluhur dan selalu muncul dalam setiap prosesi adat yang diselenggarakan di Danau Rana dan Gunung Date. Kehadiran burung ini merupakan wujud representasi dari arwah leluhur yang dipercaya dapat membawa kedamaian dan kebahagiaan dalam perayaan tersebut. 

Danau Rana lantas dijadikan salah satu obyek wisata alam yang merupakan danau sakral yang dipercaya memiliki kekuatan gaib. Kendati demikian danau dengan panorama indah ini didiami oleh suku Rana yang masih mempertahankan kultur tradisionalnya. Sayangnya kami tidak sempat menginjakkan kaki disana karena waktu tempuh dan medan yang berat yang perlu dilalui hingga berhari-hari lamanya. Alhasil, kami mengunjungi wisata alam Pantai Jikumarasa, yaitu pantai berpasir putih dengan panorama alam yang indah. Pantai ini merupakan tempat yang cocok untuk berenang. 

Pantai Jikumarasa di Pulau Buru (dok: pribadi)
Buru memang kaya akan sumber daya alam, diantaranya tanaman pangan dan hortikultura yang merupakan jenis tanaman yang banyak ditanam. Komoditas perikanannya juga tidak kalah potensial untuk lebih dikembangkan. Mengingat wilayah ini dikelilingi oleh laut serta letak geografis yang strategis dan kekayaan alam laut yang berlimpah.

Fyi, perikanan laut merupakan sektor yang paling dominan di Kabupaten Buru dengan berbagai jenis ikan diantaranya ikan cakalang, tuna, tongkol, julung-julung, kembung, ekor kuning, kakap merah, kerapu, teri, tembang, layang, selar, kapas-kapas, udang barong, kepiting, teripang dan lain sebagainya. Potensi bahan galian C semisal batu pecah, batu gunung, batu karang, pasir pasangan, pasir uruk, sirtu, tanah uruk, kerikil dan batu kali juga merupakan komoditi unggulan yang sangat berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut. 

Pst, ada satu kekhasan Buru yang perlu kalian ketahui yaitu tentang: PRODUKSI MINYAK KAYU PUTIH TRADISIONAL. Ya, kabupaten ini merupakan produsen minyak kayu putih tradisional yang cukup tersohor. Buru memang terkenal sebagai penghasil minyak kayu putih dan uniknya pengolahan minyak kayu putih di pulau ini masih menggunakan peralatan tradisional yang disebut “ketel”.

Daun kayu putih (dok: pribadi)
Ketel merupakan tempat penyulingan kayu putih (dok: pribadi)
Sejatinya lokasi pengolahan minyak kayu putih berupa penyulingan minyak kayu putih dengan “ketel” ini dapat menjadi sebuah tujuan tempat wisata perdesaan yang sangat menarik dan potensial bila dikembangkan lebih lanjut. Pasalnya daun kayu putih tersebut benar-benar disuling secara tradisional menjadi kayu putih dan aktivitas ini banyak dikerjakan oleh warga Kabupaten Buru. Adapun tradisi pengolahan tersebut tetap dilakukan secara turun temurun dan minyak kayu putih kerap menjadi komoditas andalan.

Demikianlah catatan singkat perkalanan di Pulau Buru, pulau yang menyimpan ragam keunikan dan kisah masa lalu yang patut untuk dikenang. Adapun berikut merupakan info tentang jalur, akomodasi maupun restoran/rumah makan yang tersedia di Pulau Buru:

Jalur Laut:
  • Kapal Cantika 88 (setiap hari)
  • Kapal Cantika 99 (setiap hari)
  • Ferry Temi (setiap hari)
  • Ferry Wayangan (setiap hari)
Akomodasi:
  • Hotel Grand Sarah
  • Hotel Awista
  • Penginapan Duta Nusantara
  • Penginapan Anila
  • Penginapan Rama
  • Penginapan Delta
  • Penginapan Haider
Restoran/Rumah Makan:
  • Restoran Citrawangi
  • RM. Rajawali
  • RM. Roda Baru
  • RM. Dewi
  • RM. Ayah
Fyi, HIS Travel Indonesia selaku pelopor travel perjalanan wisata dalam maupun luar negeri juga menyediakan paket wisata domestik yang dapat menjadi alternatif pilihan menghabiskan liburan bersama orang-orang tersayang terutama menjelang tahun baru. Silahkan cek disini. Dijamin memuaskan, selain karena harga yang terjangkau, pelayanannya pun sangat ramah. Untuk urusan hotel maupun penginapan juga tidak perlu bingung, karena HIS Travel Indonesia juga menyediakan situs Hoterip yang merupakan situs pemesanan hotel di Indonesia yang terlengkap dan termurah. 

Dengan ragam kemudahan yang ditawarkan oleh HIS Travel Indonesia tersebut, saya menjadi tidak sabar untuk memulai liburan di pergantian semester pada bulan Februari mendatang, In Shaa Allah rencananya saya ingin menghabiskan masa liburan di Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Saya ingin mengunjungi Taman Nasional Bunaken, makan pisang goreng sambil "colo-colo" sambal dabu-dabu rica di pinggir pantai Malalayang, santai sore di Kawasan Megamas Boulevard Manado sembari menikmati sunset, belanja di pusat kota "45" kota Manado dan lain sebagainya.

Cat: tulisan diikutsertakan dalam blog competition oleh HIS Travel Indonesia

Sabtu, 10 Desember 2016

Semarak Transaksi Digital Generasi Millennial: Dibayar Non Tunai!

I am (almost) #LessCashSociety!
Ya, saya sedang berusaha melakoninya beberapa waktu belakangan ini. Melalui artikel blog yang pernah saya posting di Kompasiana (baca: disini) dalam rangka turut menyemarakkan gerakan “Hidup 7 Hari Tanpa Uang Tunai”, saya berupaya memaparkan beberapa kiat yang tengah saya lakukan guna hidup tanpa uang tunai di era keuangan digital.

Saya menyadari bahwa saya tidak dan atau belum bisa sepenuhnya hidup tanpa uang tunai karena ada saja beberapa keperluan yang mesti saya bayarkan secara tunai, semisal ongkot angkot, biaya fotocopy-an atau ketika membeli gorengan. Tapi, saya terus berupaya agar bisa sedikit berkontribusi dalam keseharian guna mewujudkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang dicanangkan oleh Bank Indonesia.


Dua tahun berlalu semenjak Gerakan Nasional Non Tunai dicanangkan oleh Bank Indonesia pada 14 Agustus 2014 silam yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non tunai dalam kegiatan perekonomiannya. Perlahan memang beragam manfaat bisa saya rasakan melaluui proses bertransaksi secara non tunai khususnya dalam hal kepraktisan dan keamanan menggunakan instrumen non tunai. Saya teringat pernah kehilangan dompet berisi uang kuliah untuk bayaran semester beberapa tahun silam. Pengalaman tersebut menjadi pelajaran berharga dan alasan mendasar bagi saya pribadi untuk lebih bisa menerapkan praktek hidup bertransaksi secara non tunai.

Selain faktor kepraktisan, instrumen non tunai juga memberikan efisiensi biaya dan kemudahan dalam pencatatan transaksi yang dapat dilakukan secara otomatis sehingga perhitungan aktivitas ekonomi menjadi lebih efektif. Selain itu penggunaan alat pembayaran non tunai mampu meningkatkan sirkulasi uang dalam perekonomian (velocity of money).

Nah, dalam implementasinya di lapang, industri keuangan telah menyediakan ragam instrumen non tunai semisal uang elektronik berbentuk kartu atau berbasis server dalam telepon seluler (ponsel)/smartphone. Inovasi yang ada dilatarbelakangi oleh jumlah pengguna ponsel dan internet di Indonesia yang meningkat tiap tahun. 

Saya sendiri menjadi pengguna uang elektronik berbentuk kartu semisal Tapcash, e-money, Flazz dan lainnya. Pelbagai macam kartu elektronik ini dapat digunakan di beberapa merchant pusat perbelanjaan, pembayaran tiket kereta, bus dan lain sebagainya. Sedangkan untuk instrumen non tunai berbasis server biasanya saya menggunakan aplikasi yang dapat di-download secara gratis melalui playstore android yaitu Uangku, layanan berkendara online semisal Grab, Gojeg dan Uber, maupun Mobile Banking.

Instrumen non tunai berbentuk kartu milik pribadi (dok: pribadi)
Saya selaku perwakilan dari Generasi millenial yang serba digital (Gen Y) mengakui diri sebagai generasi yang cukup adaptif terhadap perkembangan teknologi dan tentunya cenderung menyukai hal bersifat kebaruan (inovatif dan kekinian). Oleh karenanya sudah sepatutnya saya dan generasi muda lainnya tergerak hatinya dan berinisiatif untuk menjadi garda terdepan dalam perubahan dan berani menyatakan sikap bahwasanya “We are ready to be a part of Less Cash Society!

Adapun kaitannya dengan inovasi Layanan Keuangan Digital (LKD) maka sebagaimana tayangan Economic Challenges di Metro TV yang berjudul “Menyambut Era Perbankan Digital” (lihat: disini), terlihat bahwa Indonesia memiliki potensi dan peluang yang sangat menarik di bidang keuangan digital sehingga perlu untuk dikembangkan lebih lanjut. 


Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) disebutkan bahwa perkembangan nilai transaksi e-banking di beberapa bank di Indonesia berdasarkan jenis delivery channel pada perkembangan tahun 2012 – 2013 didominasi oleh Internet Banking sebesar 28,52 persen, sedangkan pada perkembangan tahun 2013 – 2014 didominasi oleh SMS/Mobile Banking sebesar 24,33 persen. Hal ini memperlihatkan bahwa ATM dan EDC mulai kurang diminati oleh masyarakat sehingga peralihan ke era non tunai semakin jelas terlihat.

Perkembangan nilai transaksi e-banking di beberapa bank di Indonesia (dok: https://www.youtube.com/results?search_query=perbankan+digital)
Selain itu berdasarkan data dari McKinsey Asia Personal Financial Services Survey (2014), disebutkan bahwa transaksi non tunai kita telah beralih ke digital channel. Indonesia sendiri menggunakan layanan digital tersebut terutama untuk membayar tagihan (82 persen).

Persentase transaksi melalui digital channel (dok: McKinsey&Company)
Persentase pengaruh digital channel (dok: McKinsey&Company)
Persentase proposisi digital channel terhadap produk perbankan (dok: McKinsey&Company)
Selanjutnya, masih berdasarkan data dari McKinsey&Company tentang penetrasi perbankan digital berdasarkan persentase responden yang menggunakan Internet Banking via PC atau smartphone, secara umum di wilayah Asia Tenggara diperoleh gambaran bahwa penetrasi perbankan digital paling tinggi terjadi pada segmen pendapatan tinggi (kaya) dan berdasarkan usia terjadi pada segmen konsumen berusia muda yaitu rentang usia 21 – 29. Hal tersebut juga terjadi di Indonesia. Penetrasi perbankan digital terjadi pada masyarakat Indonesia yang berpendapatan tinggi sebesar 57 persen dan pada anak muda berusia 21 - 29 tahun sebesar 52 persen.

Persentase penetrasi perbankan digital pengguna internet banking (dok: McKinsey&Company)
Secara persentase, penetrasi perbankan digital di Indonesia terutama mereka yang disebut "Digital consumers" ialah sebesar 36 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan Thailand (19 persen), India (18 persen) dan Philippines (13 persen). Kendati demikian Indonesia memang masih di bawah Malaysia (41 persen). Fyi, Korea Selatan memiliki penetrasi perbankan digital tertinggi sebesar 96 persen!

Persentase penetrasi perbankan digital (dok: McKinsey&Company)
Persentase penetrasi perbankan digital untuk transaksi dan layanan (dok: McKinsey&Company)
Tapi, kemudian saya teringat perkataan Neha Narula dalam TEDtalks berjudul “The Future of Money” (lihat: disini) pada Mei 2016 silam. Beliau seorang Currency futurist. Disebutkan bahwa “Uang digital bekerja dengan sangat baik saat ini, dan perekonomian dunia dibangun di atasnya. Kita sedang memasuki era baru dari uang terprogram. Sangat menarik, juga sedikit menakutkan.”

Era keuangan digital bukan berarti tanpa masalah. Oke, mungkin semua transaksi bisa saja terkesan dipermudah. Uang digital memungkinkan pembayaran apapun kepada siapapun dimanapun berada dan dapat dilakukan dalam sekejap. Biaya transaksi menjadi lebih rendah dan proses pembayaran yang kita lakukan menjadi lebih mudah. Inilah yang kemudian tampak sebagai fase baru dari uang dimana masa depan pergerakan uang dapat diprogram menjadi lebih cepat. Tapi, kembali lagi pada kekhawatiran Neha Narula yang intinya tentang bagaimana pengawasan semua transaksi yang dilakukan secara online? Ini menjadi PR bersama.

Pada 2013 silam tepatnya dalam Forum Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berlokasi di Bandung – Jawa Barat saya dan tim pernah mempresentasikan kajian tentang Branchless Banking kaitannya dengan upaya pengentasan kemiskinan. 

Branchless Banking merupakan bagian dari Layanan Keuangan Digital yang notabene merupakan kegiatan layanan jasa sistem pembayaran dan keuangan yang dilakukan melalui kerja sama dengan pihak ketiga atau yang biasa disebut agen Layanan Keuangan Digital. Layanannya menggunakan sarana dan perangkat teknologi berbasis mobile maupun web dalam rangka mempermudah akses keuangan bagi masyarakat. Layanan Keuangan Digital merupakan inovasi dengan visi untuk membawa masyarakat dari bertransaksi tunai menjadi nontunai dan belajar menyimpan atau mengelola uang serta dapat melakukan transaksi keuangan dasar.

Sebagaimana pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia pada 2015 silam, disebutkan bahwa arah kebijakan utama sektor keuangan pada tahun 2014 – 2015 dikelompokkan dalam tiga koridor yaitu: Pemeliharaan stabilitas sistem keuangan; Penguatan ketahanan dan daya saing sektor keuangan/perbankan; dan Kebijakan penguatan fungsi intermediasi. 

Khusus untuk kebijakan penguatan fungsi intermediasi maka diupayakan peningkatan akses layanan. Adapun perluasan akses layanan keuangan diantaranya dilakukan tanpa melalui kantor bank atau dilakukan melalui cara non konvensional, yaitu melalui pemanfaatan teknologi informasi dan kerjasama keagenan (branchless banking).


Sejalan dengan pengaturan di bidang makroprudensial guna memperkuat stabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia telah meningkatkan akses keuangan serta memperkuat sektor riil dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Sejumlah kegiatan untuk meningkatkan akses keuangan bagi masyarakat telah dilakukan pada tahun 2014 – 2015 diantaranya yaitu pengembangan Layanan Keuangan Digital yang merupakan kegiatan layanan jasa sistem pembayaran dan keuangan yang dilakukan melalui kerjasama dengan pihak ketiga, yang menggunakan sarana dan perangkat teknologi berbasis mobile atau web dalam rangka keuangan inklusif. Sebagai dasar pelaksanaan Layanan Keuangan Digital, telah diterbitkan aturan (Surat Edaran) tentang Penyelenggaraan Layanan Keuangan Digital Keuangan Inklusif melalui Agen Layanan Keuangan Digital Individu. 

Selain itu fasilitasi penyaluran bantuan pemerintah kepada masyarakat melalui Layanan Keuangan Digital. Program ini tentunya bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyaluran bantuan pemerintah menggunakan uang elektronik melalui agen individu dan sekaligus mendukung Gerakan Nasional Non Tunai. Adapun bantuan pemerintah yang disalurkan tersebut terdiri dari dua program yaitu: Penyaluran Bantuan Program Keluarga Harapan; dan Bantuan Tunai Program Simpanan Keluarga Sejahtera. 

Lantas, bagaimana upaya lanjutan menggerakkan instrumen non tunai dalam Layanan Keuangan Digital di tengah dinamika masyarakat?

Maka, jawabnya ialah: Scale Up dengan e-Commerce!

Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), disebutkan bahwa perkembangan nilai transaksi e-banking di beberapa bank di Indonesia berdasarkan jenis delivery channel didominasi oleh e-commerce/merchant online sebesar 96,76 persen pada perkembangan tahun 2012 – 2013. Hal ini memberikan bukti bahwa perkembangan e-commerce begitu pesat terjadi di Indonesia. Belum lagi pada beberapa waktu yang lalu telah diresmikan pula Gerakan 1000 Startup Digital tanah air.

Perkembangan nilai transaksi e-banking di beberapa bank di Indonesia (dok: https://www.youtube.com/results?search_query=perbankan+digital)
Secara sederhana e-commerce (electronic commerce) dapat dipahami sebagai perdagangan elektronik melalui sistem elektronik seperti internet atau jaringan komputer lainnya. Layanan elektronik ini bertujuan menciptakan lingkungan komersial yang baru dalam bentuk elektronik dengan harapan dapat mengurangi biaya transaksi. Secara tidak langsung e-commerce menawarkan mekanisme pembayaran yang berbeda kepada masyarakat. Oleh karenanya Bank Indonesia selaku regulator Sistem Pembayaran memandang perkembangan e-commerce sebagai sebuah potensi yang membutuhkan regulasi agar tetap berada dalam koridor kehati-hatian tanpa mematikan laju inovasi. 

Pada 2014 silam saya pernah menulis ulasan artikel blog tentang Metamarket dan peran internet di pemasaran masa depan (baca: disini) yang merupakan buah pemikiran dari seorang tokoh pemasaran dunia yaitu Philip Kotler. Disebutkan dalam bukunya yang berjudul “According to Kotler” bahwa e-commerce merupakan inovasi terbaru di bidang pemasaran. Kedepan potensinya akan memberi dampak yang luar biasa.

Ray Kurzweil seorang Inventor sekaligus seorang futurist berbagi pandangannya dalam TEDtalks berjudul “The Accelerating Power of Technology” (lihat: disini) pada 2005 silam. Dijelaskan bahwa kemajuan teknologi mengakibatkan perkembangan ekonomi bertumbuh secara eksponensial terutama e-commerce. Istilah kerennya “strictly a capital-markets phenomena”. Bayangkan saja sudah semenjak 11 tahun yang lalu hal ini dipercaya merupakan suatu revolusi teknologi.

Lebih lanjut Ray Anderson, seorang Sustainable-Business Pioneer pun pada Februari 2009 silam dalam tayangan TEDtalks berjudul “The Business Logic of Sustainability” (lihat: disini) menyebutkan bahwa bisnis dan industri adalah suatu kesatuan yang menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan terutamanya biosfer sebagaimana dikutipnya dari salah satu buku best seller “The Ecology of Commerce” karya Paul Hawkens.

Oleh karenanya dengan pendirian e-commerce yaitu perusahaan berbasis elektronik diharapkan dapat memacu peningkatan perbaikan di segala aspek bidang kehidupan. Hal ini lantas dipertegas oleh Tim Berners-lee, seorang inventor yang pada Maret 2014 silam melalui TEDtalks berjudul “A Magna Carta for the Web” (lihat: disini) mengutarakan pandangannya. Dijelaskan bahwa e-commerce yang dilakukan secara online memberi dampak yang luas karena semua dapat terjadi melalui via web.

Akhir kata, perkembangan e-commerce telah menjadi salah satu faktor utama pertumbuhan ekonomi. Layanan ini bersinergi dengan layanan keuangan digital dan instrumen non tunai. Sebagai bentuk inovasi pengembangan teknologi pada sistem pembayaran, e-commerce memegang peranan penting dalam memberikan platform baru yang inovatif kepada pelaku bisnis serta menyediakan pilihan segar bertransaksi non tunai kepada mayarakat. Sistem e-commerce akan memberikan nilai baru dalam proses pembangunan ekosistem sistem pembayaran non tunai yang sehat dan progresif dan secara nyata disinyalir mampu meningkatkan (scaling up) perekonomian.

Cat: Penulis merupakan Mahasiswa Pascasarjana IPB Bogor Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Penulis pernah menjadi menjadi Tenaga Ahli Anggota Dewan DPR RI dengan Alat Kelengkapan Dewan Badan Anggaran (Banggar). Saat ini penulis menjadi Peneliti di Public Interest Research and Advocacy Center.

Referensi:
cat: tulisan diikutsertakan dalam BANK INDONESIA BLOG COMPETITION yang diselenggarakan oleh PT. NET MEDIATAMA INDONESIA (NET Media) dan BANK INDONESIA

dok: http://gnnt.netcj.co.id/

Minggu, 04 Desember 2016

Prioritas Sektor Infrastruktur Irigasi di Wilayah Barat dan Timur Indonesia

Orasi ilmiah Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Dominicus Savio Priyarsono, MS pada tanggal 1 November 2014 mengangkat topik “Beberapa Masalah dan Kebijakan Publik tentang Infrastruktur: Tinjauan dari Perspektif Ilmu Ekonomi”. Dalam orasi ilmiahnya beliau menjelaskan bahwa infrastruktur merupakan prasyarat pembangunan ekonomi. 

Tapi...

dok: https://www.youtube.com/watch?v=8v8-y7Jj13Y
Di sisi lain, tidak dapat dipungkiri bahwa persoalan lambannya pembangunan infrastruktur dalam perekonomian berakar pada masalah ketersediaan dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang tidak mencukupi. Semacam ada persoalan salah alokasi dalam APBN sehingga investasi bagi pembangunan infrastruktur hanya kecil. Selain itu bukan rahasia lagi bahwa pembiayaan proyek infrastruktur rentan terhadap penyalahgunaan.


Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019, diperoleh informasi kebutuhan dana untuk investasi bagi pembangunan infrastruktur sebesar Rp 6552 triliun (Priyarsono, 2014). Tapi sayangnya hanya sekitar 22 persen dari kebutuhan dana tersebut yang mampu ditanggung oleh pemerintah baik pusat (APBN) maupun daerah (APBD). Lebih lanjut Prof Priyarsono mengungkapkan bahwasanya tidak ada cara mudah untuk memperoleh solusi bagi permasalahan kekurangan dana untuk investasi bagi pembangunan infrastruktur. Secara teoritis solusinya ialah reformasi fiskal untuk meningkatkan efisiensi APBN dan APBD. 


Kebutuhan tiap wilayah akan infrastruktur lazimnya bersifat khas. Pun, bidang sarana dan prasarana yang dibutuhkan berbeda antar wilayah. Semisal kebutuhan terhadap infrastruktur sumber daya air, transportasi, perumahan dan kawasan permukiman, energi dan ketenagalistrikan, komunikasi dan informatika serta kerjasama pemerintah dan swasta.

Dalam bahasan kali ini bidang sarana dan prasarana yang akan menjadi perhatian khusus ialah sumber daya air. Sebagaimana kunjungan saya ke Provinsi Sumatera Utara (Sumut) dan Provinsi Maluku tempo hari bersama tim Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) guna mengamati perkembangan infrastruktur sumber daya air. Presiden Joko Widodo dalam Pidato Kenegaraannya telah mengungkapkan capaian penting di bidang infrastruktur sumber daya air khususnya tentang jaringan irigasi. Disebutkan bahwa hingga tahun 2014, cakupan jaringan irigasi yang diairi waduk telah mencapai 11 persen atau sekitar 800 ribu hektar dari 7,2 juta hektar lahan irigasi di Indonesia (Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI, 2015)


Berdasarkan hasil survei yang berhasil dilakukan dan dihimpun oleh laman saatnyadidengar.org disebutkan bahwa infrastruktur bidang sarana dan prasarana yaitu irigasi hanya memberikan nilai sebesar 3 persen, dalam artian infrastruktur irigasi belum menjadi sektor infrastruktur yang diproritaskan bila dibandingkan dengan sektor infrastruktur lainnya. Lain halnya dengan transportasi yang memiliki nilai sebesar 45 persen dan bisa dikatakan menjadi sektor infrastruktur yang paling diharapkan oleh masyarakat untuk dikembangkan.

dok: https://www.youtube.com/watch?v=8v8-y7Jj13Y
Kendati demikian, berangkat dari permasalahan fungsi layanan irigasi yang mengalami penurunan akibat tingginya tingkat kerusakan, rendahnya kehandalan sumber air irigasi dan belum optimalnya kegiatan operasi dan pemeliharaan, maka sekiranya dirasa perlu dilakukan tindak lanjut mengingat tersedianya sarana dan prasarana irigasi menjadi salah satu prasyarat kunci yang mendukung upaya peningkatan dan penguatan kedaulatan pangan. Selain itu diperlukan pula pembangunan tampungan-tampungan air baru dan pembentukan unit pengelola satuan irigasi sebagai unit yang bertanggung jawab menjamin keandalan daerah irigasi.

Pada akhir tahun 2015, saya bersama tim Kementerian PUPR berkesempatan melakukan kunjungan ke Provinsi Sumatera Utara dalam rangka melakukan Independent Monitoring and Evaluation Pelaksanaan Kegiatan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Irigasi. Salah satu lokasi kunjungan kami ialah Kabupaten Nias yang beribukota di Gunungsitoli. Berdasarkan data dan informasi yang berhasil dihimpun, kegiatan perekonomiannya didukung oleh sektor tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Hal ini tentu menuntut ketersediaan infrastruktur di bidang sumber daya air yang memadai terutama irigasi. Sama halnya yang terjadi di salah satu kabupaten tertinggal lainnya yaitu Nias Selatan yang beribukota di Teluk Dalam.

dok: pribadi
dok: pribadi
Lalu, pada September 2016 silam kami mengunjungi Provinsi Maluku salah satunya ke Pulau Buru yang beribukota di Namlea. Kabupaten di Pulau Buru merupakan salah satu kabupaten tertinggal di Maluku. Kendati demikian Pulau Buru memiliki komoditas perikanan yang sangat potensial untuk dikembangkan lebih lanjut karena letak geografis yang sangat strategis dan kekayaan alam lautnya yang berlimpah. Tapi potensi tanaman pangan dan hortikulturanya juga tidak kalah hebat. Fyi, semenjak Mei 2015 telah diresmikan Bendung Way Leman di Pulau Buru.

dok: pribadi
Kami pun mengunjungi Kabupaten Seram Bagian Barat yang juga merupakan salah satu kabupaten tertinggal di Maluku. Sama halnya dengan Pulau Buru, kabupaten ini juga memiliki potensi komoditas perikanan yang begitu luar biasa, pun sektor pertanian yang potensial. Hal ini terlihat dari potensi tanaman pangan dan hortikultura yang merupakan jenis tanaman yang paling banyak diusahakan oleh masyarakat. Potensi di sektor pertanian ini lantas menjadi bukti bahwa jaringan irigasi merupakan infrastruktur yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. 

dok: pribadi
dok: pribadi
Berdasarkan kolaborasi data dan informasi di lapang serta hasil survei yang dirangkum maka diperoleh harapan sederhana dari masyarakat khususnya para petani guna terpenuhinya kebutuhan akan pengairan di lahan mereka yaitu melalui pembangunan waduk dan perbaikan daerah aliran sungai. 


Pada akhirnya, alternatif solusi atas segala permasalahan infrastruktur dan bidang sarana dan prasarana ialah:

dok: https://www.youtube.com/watch?v=8v8-y7Jj13Y
Semoga! 

Referensi: 
  • Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal. 2009. Profil 199 Kabupaten Tertinggal. 
  • Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia. 2015. 
  • Priyarsono, DS. 2014. Beberapa Masalah dan Kebijakan Publik tentang Infrastruktur: Tinajuan dari Perspektif Ilmu Ekonomi. Orasi Ilmiah Guru Besar Institut Pertanian Bogor
  • https://www.youtube.com/watch?v=8v8-y7Jj13Y 
  • https://www.youtube.com/watch?v=FLbchluKMYc
  • https://www.youtube.com/watch?v=0qH9dLy6fqU
P.s: Penulis merupakan Mahasiswa Pascasarjana IPB Bogor. Penulis pernah menjadi Tenaga Ahli Anggota Dewan DPR RI Komisi IV dan Alat Kelengkapan Dewan Badan Anggaran (Banggar). Saat ini penulis menjadi Peneliti di Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC). 

Cat: tulisan diikutsertakan dalam Lomba Blog APBN 2017 oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia

dok: kemenkeu.go.id

Jumat, 02 Desember 2016

Kesehatan Reproduksi: Bukan Hanya Perkara Organ Intim Semata Melainkan Seksualitas

“Loe tau gak sih si X kan udah nikah sama si Y. Mereka sekarang udah punya anak lho”
“Ah, masa sih. Anj*y! Gue mah kiranya si X jadian sama si Z”
“Kagaaaaak!”
Percakapan “HOT” ini terjadi di dalam angkot pada siang hari yang terik. Saya berhasil mengupingnya karena obrolan mereka terdengar jelas. Yang menarik bukanlah topik obrolan mereka, apalagi tentang si X yang ternyata telah menikah dengan si Y ataupun kecurigaan atas si X yang berpacaran dengan si Z, melainkan ialah sosok si pengobrol pengobral cerita tersebut.

Dua orang anak perempuan duduk persis tepat di depan saya. Hmm, saya menduga mereka berusia belasan dan belum tamat SMP. Anak perempuan yang pertama berpakaian feminin dengan rok mini di atas lutut, flat shoes yang dikenakannya berwarna senada dengan rok mininya. Wajahnya putih bersih berkat dempulan bedak, lengkap dengan lipstik yang merona di bibir. Behel warna warni pun menghiasi giginya. Sepanjang perjalanan tiada hentinya dia sibuk memperhatikan gadget dalam genggaman. Sesekali dia menyibak rambut yang tampak kecoklatan. Sepintas dia memang mirip artis yang kerap mondar mandir di layar kaca dalam tayangan sinetron stripping, Nikita Willy.

Sedangkan anak perempuan yang satunya lagi, tampak lebih maskulin. Dia mengenakan kemeja denim dan celana jeans robek-robek yang bolong di kedua lututnya. Rambutnya panjang dan dikuncir kuda. Kulitnya tampak lebih legam tanpa polesan bedak sedikitpun, tapi lipstik tetap menghiasi bibirnya yang mungil tersebut. Sepintas dia mungkin mirip... bapaknya! Hehe. 

Tanpa sepengetahuan mereka, saya terus menguping dan memperhatikan mereka dalam diam. Insting kepo saya jalan dan mulai beraksi perlahan. Tapi tahukah kalian apa yang ada dalam benak saya?

Miris!

Saya menangkap ada “kegelisahan” dalam obrolan mereka. Saya menduga keduanya merasa tidak terima dengan teman seumuran mereka yang telah menikah dan memiliki anak sedangkan mereka masih betah bergonta ganti pacar. Fyi, sepanjang perjalanan masing-masing dari mereka kerap melontarkan pernyataan bahwa mereka tengah berpacaran dengan si A, tidak lagi dengan si B tapi ada si C yang kemudian mencoba mendekat.

PLEASE!
Seharusnya kekhawatiran semacam itu lebih tepat dimiliki oleh seorang perempuan single berusia 27 tahun yang masih berjuang menyelesaikan tugas akhir dan belum juga dilamar oleh kekasihnya, bukan? #eh
Seingat saya ketika berusia sepantaran mereka, boro-boro disibukkan dengan si anu lah si itu lah ataupun gadget kekinian, saya malah lebih disibukkan dengan PR fisika dan tugas prakarya dari sekolah. Setibanya di rumah pun harus membantu ibu menyapu dan mencuci piring serta tidur siang. Belum lagi malamnya sebelum tidur harus mengajari adik dan sesekali mengerjakan PR nya.

Tapi dinamika perkembangan zaman berkata lain dan menuntut hal yang berbeda. Tipikal yang terjadi pada anak-anak usia belasan zaman dulu terutama di era 90-an kemungkinan besar tidak lagi terjadi pada anak-anak zaman sekarang apalagi nanti di masa depan. Anak zaman sekarang sebagaimana realitas yang dapat diamati dalam keseharian tampak disibukkan dengan "tren ikut-ikutan" dan berlagak (maaf) serampangan, baik tingkah laku maupun tutur kata. Sebenarnya inilah kegelisahan yang sesungguhnya.

Fenomena yang terjadi semakin mendukung data yang berhasil diperoleh. Sebagaimana dilansir oleh Bank Dunia dalam Statistik Kesehatan tentang data “Teenage mothers” berdasarkan persentase perempuan berusia 15 – 19 tahun yang telah memiliki anak maupun yang sedang hamil maka Indonesia cukup memegang peranan karena jumlahnya sekitar 10 persen di tahun 2012. 

Persentase "Teenage Mother" (dok: Data Finder Health Stat The World Bank via playstore)
Berdasarkan data yang ada maka memperhatikan kesehatan reproduksi para remaja semenjak dini menjadi suatu keharusan dan tanggung jawab semua pihak. Adapun pemerintah telah berupaya salah satunya melalui upaya pemerintah dalam hal ini Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yaitu melalui layanan informasi periklanan yang sarat akan informasi dan pengetahuan kesehatan reproduksi.


Tempo hari saya mengikuti “Seminar Pernikahan” dan salah satu sesi yang menarik dalam seminar tersebut ialah tentang Kesehatan Reproduksi. Topik tersebut menjadi suatu hal yang penting untuk dipersiapkan terutama sebelum melangkah ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan.

Seminar pernikahan membahas tentang kesehatan reproduksi (dok: pribadi)
Berdasarkan Kamus Kesehatan Reproduksi (Kamus Kespro) diperoleh definisi Kesehatan Reproduksi yaitu:
“Suatu keadaan sehat jasmani, psikologis dan sosial secara utuh yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi” (ICPD 1994)
Informasi seputar kesehatan reproduksi dan seksualitas perlu diberikan kepada remaja sedini mungkin guna meningkatkan pemahaman mereka khususnya tentang pubertas, resiko perilaku seksual tidak aman, tentang proses mengenal diri sendiri, tentang hubungannya dengan lingkungan maupun keluarga serta mitos dan fakta yang kerap berkembang di sekeliling mereka.

Pubertas pada remaja perempuan (dok: App 12+ via playstore)
Pubertas pada remaja laki-laki (dok: App 12+ via playstore)
Kesehatan reproduksi tidak hanya berbicara tentang organ intim semata, melainkan juga tentang kesehatan secara jasmani, psikologis dan sosial. Semisal hubungan antara diri para remaja dengan lingkungannya. Tak bisa dipungkiri bahwa faktor lingkungan memegang peranan yang tidak kalah pentingnya dalam tumbuh kembang para remaja. Sehingga penting memberikan arahan tentang apa upaya yang harus dilakukan ketika misalnya ada teman yang mengajak mereka melakukan hal-hal negatif?

Kesehatan Reproduksi tentang Hubungan dengan Lingkungan (dok: App 12+ via playstore)
Lantas, kembali lagi kepada keluarga yang menjadi pilar utama proses pembelajaran. Bila ada pertanyaan “Apa pentingnya keluarga bagi remaja?”, maka jawabnya ialah: SANGAT PENTING! Keluarga sangat penting bagi remaja karena pertumbuhan dan perkembangan remaja sangat dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan keluarganya. Keluarga bisa memberi cinta dan perasaan berharga, memberikan rasa keamanan dan rasa memiliki yang dapat membantu para remaja mengembangkan self-esteem yang penting untuk membangun hubungan yang baik dengan orang lain.

Pada akhirnya, pemberdayaan (bukan memperdaya!) khususnya terhadap para remaja perempuan guna menentukan masa depan (baca: disini) menjadi kebutuhan yang mendesak perlu dilakukan apalagi dalam menghadapi era bonus demografi mendatang. Tidak hanya terlepas dari penyakit maupun kecacatan, melainkan sejahtera secara fisik, mental dan sosial seutuhnya. Jadi, konsep seksualitas yang menyangkut beragam dimensi yang sangat luas diantaranya biologis, sosial, psikologis, kultural dan lainnya perlu diperhatikan. Adapun masa depan yang terselamatkan nantinya tidak hanya diri mereka sendiri, melainkan generasi yang akan dihasilkannya. Perempuan kelak dapat menjadi madrasah dan atau tempat pembelajaran pertama bagi anak-anaknya. Mereka lah tiang utama penyangga dalam keluarga. 


Cat: tulisan diikutsertakan dalam Kompetisi Menulis Artikel #SWOP2016 Competition oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan United Nations Population Fund (UNFPA) Indonesia

Sudahkah Tulisanku Menginspirasi?

Saya bersyukur karena berkat omelan ibu, akhirnya saya terpaksa menjadi gemar menulis. Lho, apa hubungannya? Iya, saya ingat persis semasa kecil dulu sehabis diomeli ibu, beliau selalu menyodorkan saya sebuah buku tulis dan pensil. Beliau lantas menyuruh saya untuk menuliskan “curhatan” saya didalamnya. Buku tersebut menjadi semacam “tempat pelampiasan” saya untuk mengeluarkan unek-unek dan kekesalan karena diomeli beliau. Tak ubahnya sebuah “diary", buku tersebut saya yakini juga sebagai “taktik” agar saya berhenti menangis dan mulai menulis. Pasalnya, saya belum mahir mengenal huruf ketika itu. 

Dulu memang ada buku latihan khusus untuk mengenal huruf dan ibu selalu rutin mengajari saya setiap sore setelah mandi dan sebelum menonton TV. Lantas saya pun berlatih terus setiap hari dengan menghubungkan titik menjadi garis hingga membentuk suatu huruf semata-mata agar saya mampu menulis diary yang disodorkan oleh beliau setiap kali saya menangis karena diomeli olehnya. Pada akhirnya saya memang menjadi lebih gemar menulis ketimbang membaca.

Buktinya, suatu waktu (sebagaimana diceritakan oleh ibu) pernah saya diminta membaca tulisan yang telah saya tuliskan di satu halaman penuh. Yah, ketika itu seperti biasa saya diomeli ibu karena enggan tidur siang. Dengan percaya dirinya saya pun membaca hasil karya saya tersebut sembari terisak-isak. Kira-kira begini bunyinya:
“Dear, diary.
Hari ini Yesi sedih karena mama marah-marah lagi.
Mama bilang Yesi harus tidur siang.
Tapi, Yesi tidak ngantuk.
Yesi ingin nonton tv saja.
Sekian.”
Ibu lalu manggut-manggut. Saya menduga beliau paham dan mengerti maksud tulisan saya. Saya pun tersenyum lebar. Lebaaaaar sekali. Setiap hari saya pun menjadi lebih semangat berlatih menulis sembari mengenal huruf dan belajar membaca. Tidak mesti menunggu diomeli terlebih dahulu oleh ibu atau kemudian menangis sesudahnya. Saya begitu semangat belajar mengenal huruf melalui upaya menghubungkan titik-titik menjadi garis. Secara tidak langsung kegiatan ini pun turut melatih gerak motorik saya.

Hingga pada akhirnya, tepatnya setelah saya tidak hanya mahir menulis pun membaca. Saya menyadari “kebohongan” ibu. Bahwa ternyata yang saya baca tidak seperti yang saya tuliskan. Saya menyadari hal tersebut ketika ibu memperlihatkan hasil karya saya di sebuah buku tulis bersampul artis era 90-an kala itu. Betapa malunya saya ketika melihat tulisan yang tersusun tidak rapi beserta rangkaian huruf konsonan yang tidak beraturan. Tanpa spasi dan huruf vokal didalamnya! Saya tidak bisa membayangkan bagaimana bisa saya membaca rangkaian huruf tersebut menjadi sebuah rangkaian kalimat? Haha. 

Bila teringat masa itu rasanya lucu sekali dan hanya ibu seorang satu-satunya yang menghargai karya “masterpiece” saya tersebut. Didikan ibu memang luar biasa. Beliau mendedikasikan dirinya untuk keluarga dan tanpa pamrih. Itu yang utama. Saya mesti belajar banyak darinya terutama bagaimana pola asuh beliau mendidik anak-anaknya.

Seperti itulah setidaknya gambaran bagaimana saya memupuk hobi saya semenjak kecil. Hobi menulis yang kemudian menjadi pembuka jalan untuk pelbagai keberuntungan, peristiwa dan kejadian dalam hidup saya. Bahkan tidak bisa dipungkiri menulis menjadi aktivitas utama dalam kehidupan saya. Menulis mampu menghantarkan saya pada beberapa level pencapaian tertentu dalam perjalanan hidup saya.

Satu windu yang lalu tepatnya tahun 2008, merupakan kali pertama saya berhasil memenangkan Lomba Menulis Karya Ilmiah Tingkat Mahasiswa. Saya menyandang Juara 2 dan berhasil memperoleh piala dan piagam penghargaan serta uang tunai. Saya diundang khusus dalam acara penganugerahan dan bertemu langsung dengan beberapa pihak pemerintah daerah setempat. Rasanya membanggakan sekali. Pst, di tahun 2008 merupakan kali pertama saya mencoba moda transportasi udara yaitu pesawat terbang. Berbekal uang hasil menang kompetisi menulis saya akhirnya bisa "terbang".

Juara 2 lomba karya tulis ilmiah (dok: pribadi)
Semenjak itu saya menjadi lebih percaya diri untuk menulis karya ilmiah. Hingga pada akhirnya saat ini saya telah memiliki beberapa publikasi karya ilmiah baik berupa jurnal maupun prosiding dalam dan luar negeri. Alhamdulillah. 


Jurnal internasional terbit di UKM Malaysia (dok: pribadi)
Bahkan beberapa tulisan saya tersebut telah disitasi dan dijadikan referensi oleh beberapa akademisi tanah air maupun internasional dan instansi pemerintah. Saya merasa begitu tersanjung dan seakan dihargai. Sebagaimana dilansir oleh laman Scholar bahwasanya ada sekitar 14 hasil pencarian yang berisikan nama saya didalamnya. Saya merasa berguna!

Laman scholar melansir 14 hasil pencarian (dok:https://scholar.google.co.id)
Belum cukup rasa ketersanjungan saya karena menemukan daftar nama saya dalam lampiran daftar pustaka berbagai karya ilmiah dalam negeri, saya pun kembali menemukan tulisan saya yang disitasi dalam karya ilmiah mancanegara. Semisal ketika saya menemukan nama saya terlampir di dalam karya ilmiah thesis dari Harvard Kennedy Schhol - Harvard University (baca: disini) dan karya ilmiah dalam jurnal internasional yang terindeks oleh Proquest (baca: disini). 

Belum lama ini pula, tulisan saya yang telah terpublikasi dalam jurnal nasional terakreditasi di-review oleh para mahasiswa dari kampus ternama tanah air. Mereka mengkaji karya ilmiah tersebut dan memberikan pandangan tersendiri yang memperkaya khasanah keilmuan di bidang tersebut (baca: disini)

Hasil kajian Kanopi FE Universitas Indonesia (dok: http://kanopi-febui.org/)
Tidak hanya para akademisi, pun pegawai pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan bidang fiskal menjadikan tulisan saya sebagai rujukan dalam kajian ilmiahnya (baca: disini). Selain menjadi rujukan karya ilmiah, tulisan saya dalam jurnal maupun prosiding tersebut kerap dijadikan bahan pemberitaan. Semisal ketika saya menemukan artikel dalam media Bisnis Indonesia rubrik finansial bisnis (baca: disini). 

Bukan hanya menulis karya ilmiah, saya pun gemar ngeblog alias menulis blog. Semenjak 2007, saya telah berinisiatif membuat blog. Selang 5 tahun kemudian tepatnya tahun 2012 merupakan awal mula keikutsertaan saya dalam kompetisi blog yang ramai diadakan. Media yang saya gunakan untuk menulis memang mengalami perubahan ke arah digital tapi yang terpenting ialah saya tetap bisa menyalurkan hobi menulis yang saya miliki. Selain memiliki web blog pribadi, saya pun bergabung dalam forum menulis. Saya bertemu dengan banyak orang yang memiliki passion serta hobi yang sama. Saya banyak belajar dari mereka.

Adapun dari berbagai kompetisi menulis yang saya ikuti, keberuntungan kerap menaungi sehingga saya bisa memperoleh tambahan pemasukan. Akhirnya hobi saya “menghasilkan”! Imam Al Ghazali pernah mengatakan bahwa “Jika kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah!”. Petuah ini yang saya pegang teguh. Karena saya menyadari bahwa saya bukanlah anak seorang raja, pun ulama besar apalagi anak orang kaya.

Siapa yang akan menyangka bahwa dengan menulis saya bisa melakukan penghematan ekstra. Saya tidak perlu memenuhi kebutuhan sekunder maupun tersier saya dengan berlebihan karena dengan menulis saya berkesempatan memperoleh gadget terbaru semisal handphone, laptop bahkan tiket seminar seharga Rp 1.2 juta? Yang kalaupun diminta untuk membelinya saya pasti menolak, haha. 

Satu hal yang menarik ialah pada November silam ketika tulisan saya di blog memperoleh juara 3 (baca: disini) dalam kompetisi yang diadakan oleh Kementerian. Hal tersebut membuat saya berkesempatan berjumpa (bahkan bersalaman!) dengan ibu menteri di atas panggung. Saya menyadari kemudian bahwa menulis ternyata mampu menghantarkan saya pada pengalaman yang sangat berharga karena saya bisa berkesempatan berjumpa dengan orang-orang luar biasa.

Penganugerahan penghargaan oleh Ibu Menteri Susi P di atas panggung (dok: pribadi)
Belum cukup sampai disini, saya kembali menjumpai tulisan blog saya dijadikan referensi oleh seorang mahasiswa Doktoral untuk Disertasinya. Wow! Betapa saya terharu dibuatnya (baca: disini). Saat ini pun pekerjaan yang saya lakukan tidak terlepas dari tulis menulis. Saya menyelesaikan laporan pekerjaan dan merampungkan hasil penelitian dengan menulis. Tentunya proses menulis tersebut disesuaikan dengan kaidah penulisannya masing-masing.

Menulis bagi saya ibarat terapi, baik itu menulis ilmiah maupun menulis kreatif. Saya semacam menemukan relaksasi diri ketika melakoninya. Menulis memberikan saya berbagai kemudahan sehingga saya meyakininya suatu saat dapat menjadi alternatif profesi. Sama halnya dengan Bukalapak, suatu e-commerce yang juga turut serta memberikan ragam kemudahan kepada para pelanggannya.


Guna menunjang hobi menulis yang saya jalani tentunya saya perlu menyiapkan amunisi yang dibutuhkan dalam mendukung hobi menulis yang saya miliki. Hal yang terpenting ialah: Pulsa! Ya, saya membutuhkan pulsa untuk paket data dan berkomunikasi. Untunglah, Bukalapak telah menyediakan fasilitas tersebut tentunya dengan harga yang jauuuuh lebih murah!

dok: app play store Bukalapak
Proses pemesanan dan pembayarannya pun mudah sekali! Saya telah menginstal aplikasi Bukalapak via android play store dan menggunakannya untuk pemesanan pulsa. Berikut langkah-langkahnya. 

Langkah 1. Isi data pembeli

dok: app play store Bukalapak
Langkah 2. Pilih nominal pulsa yang diinginkan. Saya memilih pulsa Rp 100 ribu

dok: app play store Bukalapak
Langkah 3. Pilih provider

dok: app play store Bukalapak
Langkah 4. Pilih metode pembayaran. Saya memilih transfer bank melalui bank BNI

dok: app play store Bukalapak
Langkah 5. Periksa kembali data dan informasi serta jumlah nominal pembayaran dan nomor rekening yang akan dituju

dok: app play store Bukalapak
Selang beberapa menit info detail tagihan dikirimkan via sms, email dan dapat dicek langsung di aplikasi/laman Bukalapak

dok: pribadi

dok: app play store Bukalapak
Setelah melakukan proses pembayaran maka pulsa pun langsung diterima dan pemberitahuan bahwa transaksi telah berhasil dikirimkan via sms dan email. Layanan Bukalapak sangat memuaskan! 

dok: pribadi
dok: pribadi
Pada akhirnya, pertanyaan apakah tulisan saya sudah cukup menginspirasi? Entah! Yang pasti saya akan terus menulis, menulis dan menulis. Selama hayat masih dikandung badan dan ide serta inspirasi saya masih memaksa untuk keluar dari dalam pikiran maka dengan begitu tulisan saya akan tetap tertuang di atas secarik kertas maupun laman online. Sama halnya seperti HIJUP yang menjadi inspirasi bagi banyak wanita untuk merawat dan menghidup passion yang dimiliki, saya juga ingin melakukan hal yang sama.


Saya tidak ragu untuk menulis karena berdasarkan keyakinan yang saya anut, anjuran menulis memang telah tertera di dalam kitab suci. Allah swt dalam kitab suci Al Qur’an tidak hanya memerintahkan kita membaca (Iqra) melainkan juga menulis. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat di bawah ini:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis...” (QS. Al Baqarah:282) 
Jadi, bagi para wanita diluar sana, janganlah ragu dan asahlah terus apapun hobimu serta jadikan sesuatu yang berguna bagi banyak orang. Tetaplah berusaha menginspirasi sekelilingmu. Semoga bermanfaat. 

Cat: tulisan dikusertakan dalam Kompetisi Blog Inspirasi Wanita 2016 oleh Hijup dan Bukalapak

dok: hijup.com