Sabtu, 25 November 2017

Peluang E-Commerce TM Agung Podomoro: Terus Maju, Pasti Untung

dok: FB TM Agung Podomoro
Transformasi ekonomi membuka kesempatan yang lebih besar bagi tumbuhnya wirausaha baru dan pengembangan kewirausahaan. Pengembangan sumber pertumbuhan ekonomi baru yang potensial diantaranya ialah e-commerce. Apalagi saat ini telah disediakan dukungan untuk pertumbuhan e-commerce nasional melalui Gerakan 1.000 Start up Digital dan 8 juta UMKM Go Digital. 

Pemerintah tengah melaksanakan gerakan peningkatan penggiat e-commerce baik berupa start-up digital maupun peningkatan kapasitas UMKM untuk dapat memanfaatkan internet. Adanya gerakan peningkatan penggiat e-commerce yang didukung oleh Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat. 

dok: databoks.katadata.co.id
Trade Mall ™ Agung Podomoro pun yang merupakan bagian dari Agung Podomoro Group berupaya memberikan pelayanan yang terbaik dan optimal guna menjadi pilihan cerdas dalam berbelanja dan meraup keuntungan. Semangat berwirausaha bersama TM Agung Podomoro diantaranya melalui pengaplikasian layanan e-commerce.

dok: www.tribunnews.com
Lantas, yang menjadi pertanyaan ialah “Berapa Pangsa Pasar e-Commerce Indonesia?”

dok: databoks.katadata.co.id
Dalam laporan Nielsen yang bertajuk Indonesia Ocean of Opportuninities, penjualan e-Commerce Indonesia pada tahun 2015 mencapai US$ 1,68 miliar. Jika dibandingkan dengan penjualan e-commerce di negara-negara di kawasan Asia Tenggara, maka Indonesia ialah yang terbesar. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai pasar e-commerce terbesar di wilayah Asia Tenggara (ASEAN).

dok: databoks.katadata.co.id
Nilai transaksi e-Commerce 6 negara ASEAN (Indonesia, Vietnam, Filipina, Thailand, Malaysia, Singapura) pada tahun 2015 baru mencapai US$ 5,5 miliar dan akan tumbuh menjadi US$ 87,8 miliar. Pada tahun 2025 mendatang, transaksi perdagangan digital diperkirakan akan mencapai US$ 46 miliar dan negara ASEAN lainnya masing-masing akan mencapai US$ 5 miliar. 

dok: databoks.katadata.co.id
Berdasar riset Google dan Temasek menyebut pasar Indonesia akan tumbuh paling tinggi rata-rata 39 persen per tahun pada 10 tahun mendatang. Indonesia diperkirakan akan menjadi pasar e-commerce terbesar di ASEAN dengan proporsi 52 persen terhasap pasar seluruh wilayah. Jumlah ini meningkat dibanding porsi pasar e-commerce saat ini yang hanya 31 persen. Wow! 
dok: databoks.katadata.co.id
Transaksi perdagangan digital Indonesia terbukti tumbuh dengan pesat. Data eMarketer menunjukkan bahwa transaksi e-commerce Indonesia mencapai Rp 25,1 triliun pada tahun 2014 dan akan naik menjadi Rp 69,8 triliun pada tahun 2016, dengan kurs rupiah Rp 13.200 per dolar Amerika. Demikian pula pada tahun 2018, nilai perdagangan digital Indonesia akan terus naik menjadi Rp 144,1 triliun.

dok: databoks.katadata.co.id
Dengan jumlah populasi yang mencapai 258 juta jiwa dan pengguna internet baru mencapai 50 juta pengguna, serta penetrasi internet yang masih rendah pada tahun 2015 membuka peluang tumbuhnya transaksi digital di Indonesia. Tumbuhnya masyarakat kelas menengah dan Generasi Z (Gen Z) yang lahir di era digital dapat menjadi penopang meningkatnya transaksi e-Commerce di tanah air karena kebiasaan belanja barang dan jasa yang sebelumnya secara konvensional akan beralih menjadi online. Selain itu, banyaknya populasi kelas menengah, meningkatnya akses internet, tumbuhnya kota-kota kecil, serta terbatasnya akses terhadap pasar retail membuat e-commerce domestik akan tumbuh pesat. 

Di satu sisi, perkembangan jumlah konsumen online di Indonesia semakin meningkat. Pada tahun 2016, riset dari eMarketer memperkirakan orang yang berbelanja melalui internet mencapai 8,6 juta orang. Dalam industri e-commerce, Indonesia telah memiliki modal dasar berupa volume pasar yang sangat besar. Guna mendorong transaksi online, pemerintah telah menerbitkan paket kebijakan ekonomi yang khusus untuk mempermudah dan melindungi bisnis perdagangan secara elektronik (e-commerce) di dalam negeri.

dok: databoks.katadata.co.id
Perkembangan e-commerce juga dipicu oleh beragamnya tawaran produk dan jasa layanan online yang inovatif, menarik, mudah, dan tepat guna. Untuk mendukung hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan peta jalan (roadmap) yang menjadi panduan serta arah tujuan industri perdagangan digital. Terdapat 7 insentif yang diberikan untuk mendukung perkembangan e-commerce, yakni menyangkut logistik, pendanaan, perlindungan konsumen, infrastruktur komunikasi, pajak, pendidikan dan SDM, serta keamanan

Pesatnya kemajuan teknologi telah mengubah cara belanja masyarakat dengan melakukan transaksi perdagangan secara elektronik. Perdagangan yang awalnya berlangsung secara offline sudah mulai ditinggalkan dan beralih ke online. Saat ini konsumen dengan mudahnya melihat barang di situs penjual dan melakukan pemesanan serta pembayaran melalui transfer bank atau uang elektronik. 

Transfer bank masih mendominasi transaksi pembayaran e-commerce di Indonesia. Berdasarkan survei Daily Social menunjukkan bahwa 49,01 persen transaksi perdagangan digital di tanah air masih menggunakan transfer bank pada tahun 2016. Adapun terbesar kedua adalah dengan menggunakan internet banking, yakni mencapai 21,43 persen, dikuti Cash On Delivery/COD (bayar saat barang diterima) 13,49 persen dari total pembayaran e-commerce. Selain itu sebesar 13,16 persen responden merasa puas dengan kemudahan pembayaran dalam transaksi e-commerce. Namun, terdapat 9,09 persen responden yang merasa tidak puas karena terbatasnya metode pembayaran. 

dok: databoks.katadata.co.id
Beragam kemudahan telah dirasakan oleh konsumen dalam layanan perdagangan digital diantaranya ialah selain menghemat biaya, pembeli juga dapat mencari penjual dengan harga terendah serta membandingkan harga di berbagai lapak perdagangan elektronik dengan mudahnya. Konsumen seakan memegang kendali dalam melakukan interaksi secara digital. TM Agung Podomoro sendiri melalui beberapa project diantaranya Commercials dan Superblock berupaya mengkolaborasikan antara Trade mall dan pembangunan unit bisnis.

dok: www.agungpodomoro.com
dok: www.agungpodomoro.com
TM Agung Podomoro perlu terus memanfaatkan peluang yang ada sebaik mungkin. Peluang pangsa pasar e-commerce beserta transaksi perdagangan digital dan metode pembayaran online akan menyentuh masyarakat secara langsung. Alhasil, TM Agung Podomoro tetap akan menjadi pilihan cerdas masyarakat untuk berbelanja secara untung. Semangat berwirausaha bersama TM Agung Podomoro akan tetap menjadi pilihan guna mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik.


Referensi:
Cat: tulisan diikutsertakan dalam Blog Kontes 2017 oleh TM Agung Podomoro Group

dok: www.agungpodomoro.com

Rabu, 15 November 2017

Gas Bumi, Transformasi Energi yang Membumi

dok: tumblr.com
Capaian Utama Pembangunan 

Pada Maret 2017, telah terbit Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 29/2017 tentang Perizinan pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi yang menyederhanakan perizinan sektor migas dari 104 izin menjadi 6 izin dan saat ini telah dilimpahkan ke PTSP Pusat.

Kaitannya dengan kedaulatan energi maka capaian utama pembangunan berupa ketersediaan energi primer yang diperkuat dapat dilakukan diantaranya melalui peningkatan gas bumi sebagai upaya konservasi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang ditandai dengan kenaikan Domestic Market Obligation (DMO). 

Realisasi produksi gas bumi pada tahun 2016 silam mencapai 1.184 ribu Barrel Oil Equivalent per Day (BOEPD) atau 123,30 persen dari target produksi gas bumi 1.150 ribu BOEPD. Realisasi tersebut menurun dari realisasi produksi tahun 2015 yang mencapai 1.189 ribu BOEPD. Berikut ialah data rerata harian produksi gas bumi Indonesia periode 2000 – 2013:


dok: databoks.katadata.co.id

Adapun keberhasilan pemanfaatan sumber daya energi dalam negeri ditunjukkan dengan peningkatan DMO gas bumi. Alokasi pemanfaatan gas bumi dalam negeri tahun 2016 mencapai 59 persen atau sekitar 713,50 ribu BOEPD. Alokasi tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 55 persen atau sekitar 661,30 ribu BOEPD. Berikut merupakan grafik tingkat pemanfaatan produksi gas bumi periode 2000 – 2010: 

dok: databoks.katadata.co.id
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) pada tahun 2015 merupakan salah satu perusahaan pengangkut gas bumi yang masuk dalam daftar BPH Migas. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) sendiri menempati posisi ke empat setelah Feed Kilang LNG, Gas Pipa dan PLN. PT PGN cukup mendominasi volume pengangkutan gas bumi di Indonesia.


Berdasarkan data, sebesar 41 persen pemanfaatan gas bumi Indonesia masih dialokasikan untuk pasar ekspor. SKK Migas mencatat bahwa pemanfaatan gas nasional pada tahun 2016 sebesar 29,36 persen untuk LNG ekspor dan 11,55 persen untuk ekspor gas pipa. Sementara untuk kebutuhan domestik terbesar masih untuk industri, yakni sebesar 23,26 persen dan kelistrikan 14,61 persen.

dok: databoks.katadata.co.id
Produksi gas domestik pada tahun 2016 mencapai 7.938 juta kaki kubik per per hari (MMscfd) turun 140 MMscfd dari tahun sebelumnya. Sementara produksi minyak dan kondensat sebesar 831 ribu barel minyak per hari (Mbopd) meningkat 45,3 Mbopd dari tahun sebelumnya sebesar 785,8 Mbopd. Sedangkan total produksi minyak, kondensat dan gas Indonesia pada tahun 2016 mencapai 2.213 ribu setara barel minyak per hari (Mboepd), turun 15 Bboepd dari tahun sebelumnya, yaitu 2.228 Mboepd. Berikut merupakan grafik volume ekspor dan impor gas bumi Indonesia periode 2000 – 2013: 

dok: databoks.katadata.co.id
Data rerata harian ekspor gas bumi Indonesia periode 2004 – 2012 juga dapat diamati melalui diagram di bawah ini: 

dok: databoks.katadata.co.id
Berkenaan dengan hal tersebut, subsektor pertambangan minyak, gas dan panas bumi kembali mencatat kontraksi sebesar 1,47 persen (YoY). Namun, kontraksi sektor ini mengalami perlambatan dari triwulan sebelumnya yang mencapai 2,32 persen (YoY). PDB sub sektor pertambangan migas dan panas bumi pada TW III tahun ini turun menjadi Rp 77,47 persen dari triwulan yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 78,63 triliun.

dok: databoks.katadata.co.id
Capaian utama pembangunan juga dicerminkan oleh lifting gas bumi Indonesia pada semester I 2016 yang berhasil melampaui target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2016, yakni 1,15 juta barel setara minyak per hari. Pada semester kedua, lifting minyak ditargetkan sebesar 1,903 BOEPD. Berikut merupakan diagram pendapatan gas bumi di Indonesia periode 2010-2015: 

dok: databoks.katadata.co.id

Arah Kebijakan dan Strategi 

Boone Pickens, seorang Entrepreneur sekaligus energy theorist menyampaikan penuturannya yang berjudul “Let’s Transform Energy – with Natural Gas” pada forum TED 2012 silam. Pickens menyampaikan bahwa gas alam merupakan sumber daya alam yang murah dan mudah diperoleh secara domestik. Hal ini menunjukan bahwa peluang pemanfaatan gas bumi terbuka lebar.

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) sebagai penyalur gas milik pemerintah dan perusahaan milik Negara dapat memainkan perannya dalam memberikan arahan kebijakan dan strategi guna mewujudkan kedaulatan energi dalam negeri. 

Arah kebijakan dalam rangka mewujudkan kedaulatan energi dan listrik dapat dilakukan diantaranya melalui: Pengoptimalan produksi energi primer terutama produksi gas bumi serta mempercepat pengolahan cadangan gas bumi yang baru; dan Peningkatan pemanfaatan gas bumi terutama oleh stakeholder domestik. 

Strategi yang diperlukan untuk memperkuat ketahanan energi diantaranya juga dapat dilakukan dengan membangun infrastruktur gas bumi untuk rumah tangga, transportasi dan industri. Guna melakukan pengawasan terhadap produksi minyak bumi, pemerintah telah membangun sistem monitoring produksi dengan melakukan pemasangan flow meter dan fasilitas pendukung di setiap wilayah kerja. Pemasangan flow meter juga merupakan upaya untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi terhadap produksi minyak bumi secara real time. Yuk, bumikan gas bumi!

Referensi: 

Senin, 13 November 2017

Digitalisasi dan Integrasi: Kata Kunci Smart City

Cities are where the future happens first. They're open, creative, dynamic, democratic, cosmopolitan, sexy. They're the perfect antidote to reactionary nationalism – RM , 2017
Singapore Tourist Pass (dok: pribadi)

Permasalahan umum pembangunan perkotaan di Indonesia adalah timpangnya perkembangan kawasan perkotaan serta kota otonom di kawasan barat dan kawasan timur Indonesia. Struktur Perkotaan Nasional (SPN) yang efisien belum terbentuk sehingga pergerakan barang dan mobilitas penduduk masih cenderung berada di bagian barat Indonesia. 

Hal ini pun semakin dipertegas oleh data yang menampilkan bahwa ketimpangan masyarakat perkotaan di Indonesia lebih tinggi dibanding perdesaan. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis bahwa angka ketimpangan (Gini Ratio) pada September 2016 mengalami penurunan tipis untuk kategori perkotaan maupun pedesaan, demikian pula secara nasional. Rasio gini perkotaan tercatat sebesar 0,409 dan perdesaan sebesar 0,316. Sedangkan secara nasional, rasio Gini tercatat sebesar 0.397.

dok: databoks.katadata.co.id
Fokus perhatian terhadap perkotaan lantas menjadi penting dikarenakan penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan lebih besar dibanding beberapa Negara ASEAN lainnya. Kajian The Economist Intelligence Unit (EIU) yang berjudul "ASEAN Cities, Stirring The Melting Pot" menempatkan Indonesia di urutan ke empat Negara ASEAN dengan penduduk perkotaan terbanyak. EIU mencatat, 54 persen orang Indonesia tinggal di perkotaan. Kajian ini menyinggung tren dunia yang menunjukkan lebih dari 50 persen warga dunia tinggal di kawasan perkotaan. EIU memprediksi seiring dengan derasnya urbanisasi, warga kota akan terus meningkat hingga 60 persen pada tahun 2030 mendatang dan mencapai 66 persen pada tahun 2050. Meski ASEAN hanya memiliki 4 dari 30 kota megapolitan dunia, namun di Asia Tenggara memiliki 20 kota ukuran sedang dan 21 kota kecil yang perkembangannya menggambarkan tren urbanisasi global.

dok: databoks.katadata.co.id
Di satu sisi, konsep pengembangan perkotaan nasional di Indonesia belum dijabarkan dan pelaku utamanya belum seluruhnya diidentifikasi. Oleh karenanya, arah kebijakan bidang perkotaan yang perlu diwujudkan diantaranya ialah mengembangkan kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Sesuai dengan kerangka umum pembangunan infrastruktur RJMN 2015 – 2019, pembangunan sarana dan prasarana di Indonesia dititikberatkan diantaranya ialah pada infrastruktur perkotaan termasuk pengembangan angkutan umum masal dan pengembangan TIK untuk mendukung pengembangan smart city. 

dok: lampiran pidato kenegaraan Presiden RI, 2017
Sektor infrastruktur transportasi terus dikembangkan untuk meningkatkan mobilitas antarkawasan dan infrastruktur TIK semakin dikembangkan untuk menjangkau daerah yang selama ini belum terhubung. Dalam mewujudkan Nawacita menuju Indonesia yang berdaulat secara politik serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan, pembangunan sarana dan prasarana menjadi hal penting untuk mencapai tujuan tersebut. 

Pembenahan infrastruktur khususnya transportasi menjadi hal yang perlu disegerakan mengingat kondisi Jakarta sebagai ibukota Negara yang telah didaulat sebagai salah satu kota termacet di dunia. Berdasarkan Tomton Traffic Index 2017, DKI Jakarta berada di urutan ketiga. Dengan kepadatan lalu lintas di DKI Jakarta, pengemudi membutuhkan waktu perjalanan ekstra hingga 58 persen. 

dok: databoks.katadata.co.id
Berdasarkan laporan perusahaan analis transportasi, Inrix tentang kondisi lalu lintas di seluruh dunia pada 2016, kemacetan menyebabkan orang-orang di Indonesia rata-rata menghabiskan waktu sia-sia di jalan selama 47 jam dalam satu tahun akibat terjebak macet. Sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian, DKI Jakarta menjadi kota tersibuk dan menyumbang kemacetan terparah di Tanah Air. Warga DKI Jakarta menghabiskan 55 jam per tahun di jalan. Angka tersebut lebih tinggi dibanding rata-rata nasional, yakni 47 jam. 

dok: databoks.katadata.co.id
Rasio kepadatan kendaraan menjadi salah satu pemicu kemacetan. DKI Jakarta menjadi provinsi dengan rasio jumlah kendaraan terhadap panjang jalan tertinggi di Indonesia. Jumlah kendaraan tercatat paling padat ada di DKI Jakarta sehingga menempati urutan pertama dengan 2.077 unit kendaraan per satu kilometer. Rasio perbandingan jumlah kendaraan terhadap panjang jalan menunjukkan bahwa pusat-pusat pertumbuhan ekonomi masih terpusat di Pulau Jawa. 

Berdasarkan data, Pulau Jawa mencatatkan jumlah kendaraan yang relatif padat di Indonesia. Menurut statistik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, setiap 1 kilometer jalan di Pulau Jawa dipergunakan untuk melayani perjalanan 510 kendaraan. Angka ini menjadi yang terpadat dibandingkan wilayah lain.

dok: databoks.katadata.co.id
Berkenaan dengan hal tersebut, permasalahan kemacetan di DKI Jakarta sejatinya dapat diatasi diantaranya melalui pengaplikasian TIK. Berdasarkan data, Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) DKI Jakarta pada 2015 mencapai 9,25 dari skala 0-10. Angka ini merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya dan berada di atas rata-rata nasional, yaitu 4,83. IP-TIK Jakarta juga meningkat dibandingkan dengan posisi 2014, yakni 9,23. Tingginya IP-TIK DKI Jakarta ditopang oleh indeks indikator akses dan infrastruktur sebesar 9,96, indeks penggunaan 9,61, serta indeks keahlian keahlian 7,13. Sejak 2012, indeks pembangunan TIK DKI Jakarta selalu di atas rata-rata IP-TIK nasional. Dari 34 provinsi, hanya 1 provinsi yang IP-TIK nya masuk kategori tinggi pada 2015, yaitu DKI Jakarta. Hal ini menjadi peluang yang baik untuk dimanfaatkan guna pengentasan permasalahan di DKI Jakarta.

dok: databoks.katadata.co.id
Apalagi mengingat dengan jumlah populasi yang sangat besar, Indonesia menyimpan potensi ekonomi digital di masa yang akan datang seiring berkembangnya teknologi dan media sosial. Berdasarkan data Kepios (September 2017), jumlah populasi di Indonesia mencapai 264 juta dimana merupakan jumlah populasi terbesar di kawasan Asia Tenggara. Dari jumlah tersebut, 55 persen merupakan kaum urban yang tinggal di daerah perkotaan. Adapun penetrasi pengguna internet Indonesia mencapai 133 jiwa atau sekitar 50 persen dari total populasi. Sementara pengguna aktif media sosial mencapai 115 juta atau sekitar 44 persen dari total populasi. Sementara pengguna telepon seluler (ponsel) mencapai 371 juta atau 141 persen dari total populasi. Artinya bahwa setiap orang menggunakan 1,4 (lebih dari satu) ponsel. Sedangkan pengguna media sosial aktif dengan menggunakan ponsel mencapai 106 juta atau 40 persen dari ponsel terdaftar.

dok: databoks.katadata.co.id
Dalam laporan IMD World Digital Competitiveness 2017, Negara dengan daya saing digital tertinggi di dunia dipegang oleh Singapura. Dalam laporan tersebut Singapura memperoleh skor 100 dan berada di peringkat pertama. Teknologi berubah dengan cepat dan tidak hanya mempengaruhi bagaimana fungsi bisnis, tapi juga bagaimana negara tampil hari ini, serta berkembang pada masa yang akan datang. Singapura memiliki daya saing digital tertinggi karena Negara tersebut telah mengembangkan peraturan mengenai pemanfaatan talenta yang dimilikinya dengan mengadopsi peraturan yang memfasilitasi talenta dari luar negeri untuk melengkapi talenta lokal. 

dok: databoks.katadata.co.id
Laporan tentang daya saing digital ini menunjukkan pemeringkat yang menjadi indikator untuk mengukur kemampuan suatu negara dalam mengadopsi dan mengeksplorasi teknologi digital yang mengarah pada transformasi dalam praktik pemerintah, model bisnis, dan masyarakat pada umumnya. Saya merasa beruntung karena baru saja berkesempatan melakukan perjalanan ke Singapura pada tanggal 9 – 10 November 2017 kemarin. Sungguh perjalanan singkat yang penuh makna.

MRT di Singapura (dok: pribadi)
Jujur saja, di Negara ini (re: Singapura) saya merasa dihargai khususnya sebagai pejalan kaki dan penumpang kereta Mass Rapid Transit (MRT). Negara ini benar-benar memiliki budaya berjalan kaki bahkan saking membudayanya, para warganya pun tetap berjalan meski sedang berada di tangga berjalan (eskalator). Mereka seakan berpacu dengan waktu. Menariknya, ketika naik MRT saya sengaja menghitung waktu yang dibutuhkan untuk tiap pemberhentian stasiun dan waktunya selalu tepat yaitu: 1 menit 20 detik! Berbeda hal nya ketika naik monorail di Kuala Lumpur, Malaysia dengan waktu tempuh sekitar 2 menitan lebih antar stasiun.

Monorail di Kuala Lumpur, Malaysia (dok: pribadi)
Singapura memang memiliki penetrasi digital terbaik di dunia. Para masyarakatnya tertib berlalu lintas. Tidak hanya di jalan raya dalam berkendara melainkan juga ketika sedang berjalan kaki. Satu kata kunci untuk layanan transportasi yang dimiliki Negeri Singa ini: INTEGRASI. Singapura seakan menjadi representasi smart city yang sesungguhnya. Berkat bantuan penerapan layanan digital, sistem terintegrasi dengan baik guna meningkatkan performa infrastruktur transportasi. Selain MRT, bus dan taksi juga menjadi alat transportasi di dalam Negeri.


Sebagaimana diungkapkan baru-baru ini oleh Robert Muggah, seorang Megacities Expert pada forum TEDGlobal di New York City pada September 2017 silam melalui penuturannya yang berjudul “The biggest risks facing cities — and some solutions” bahwasanya “…cities shouldn't just be the center of economics -- they should also be the foundation of our political lives”. Mewujudkan kota yang resilien dan berkelanjutan di masa depan menjadi suatu keharusan mengingat perkembangan era digital saat ini. “Work in global coalitions” menjadi salah satu kata kunci. Perkembangan teknologi pun menjadi harga mati. 



Penerapan carpooling dan ride sharing kedepannya dapat menjadi alternatif solusi pengurai kemacetan khususnya di ibukota. Perpaduan integrasi dan layanan digital serta mempertimbangkan peluang masyarakat urban perkotaan pengguna ponsel dan layanan internet akan dapat menjadi pendorong mewujudkan smart city di ibukota khususnya dalam penggunaan layanan transportasi publik. Be a smart people. Be a smart city! 

Referensi: 

Kamis, 02 November 2017

Keberagaman: Sebuah Keniscayaan dan Nilai Kemanusiaan Universal

Bapak Menteri Agama Republik Indonesia, Lukman Hakim Saifuddin menyebut kata “Keberagaman” sebanyak 18 kali dalam Orasi Kebudayaan dengan tema “Kebhinekaan dan Keberagaman Indonesia” di depan forum dalam rangka memperingati Ulang Tahun Aliansi Jurnalis Independen Indonesia (AJI) yang ke – 22 pada 2016 silam (baca: disini). Ada satu hal yang menarik kaitannya tentang peranan sebuah lembaga/komunitas sebagai laboratorium keberagaman. Lebih lanjut Pak Menteri mengungkapkan tentang pentingnya fungsi kontrol dan tindakan represif guna meredam konflik yang kemungkinan muncul dari isu atau masalah keberagaman. 


Pada dasarnya, keberagaman adalah nilai kemanusiaan yang universal. Keberagaman, tidak hanya membahas kaitannya tentang persoalan beragama melainkan juga kerap menjadi permasalahan (atau yang dipermasalahkan?) dan kendala yang dihadapi dalam pembangunan kebudayaan. Khususnya terkait dengan masih kurangnya kesadaran akan keberagaman budaya, nilai-nilai sejarah dan kearifan lokal. Pun, menjadi permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan lintas bidang revolusi mental diantaranya terkait dengan sikap toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman yang masih kurang optimal dalam mengatasi suatu masalah atau melaksanakan suatu hajat dalam kehidupan bermasyarakat.

Padahal sebagaimana kita ketahui bersama bahwasanya pembangunan kebudayaan bertujuan untuk mewujudkan insan Indonesia yang bermartabat, berkarakter dan berjati diri yang mampu menjunjung tinggi nilai budaya bangsa dan peradaban luhur di tengah pergaulan global. Guna mencapai tujuan utama pembangunan tersebut maka arah kebijakan dan strategi pembangunan kebudayaan diantaranya ialah: Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap sejarah dan nilai luhur budaya bangsa serta kesadaran dan pemahaman terhadap pentingnya kearifan lokal sebagai perekat persatuan bangsa.

Begitupun dengan revolusi mental yang merupakan gerakan kolektif yang melibatkan seluruh komponen bangsa, ditempuh melalui peningkatan peran dan efektifitas lembaga Negara dan pemerintahan serta pranata sosial – budaya di masyarakat untuk mendorong Indonesia tumbuh menjadi bangsa unggul, berprestasi tinggi, produktif dan berdaya saing. Pembangunan revolusi mental dimaksudkan untuk mengubah cara pandang, pola pikir, sikap dan perilaku yang mengacu pada nilai-nilai integritas, etos kerja dan gotong royong untuk membangun budaya bangsa yang bermartabat, modern, maju, mandiri dan sejahtera.

Arah kebijakan dan strategi dalam pembangunan lintas bidang revolusi mental diantaranya yaitu penguatan daya rekat sosial dalam kemajemukan melalui: Pengembangan ruang publik yang ramah dan bebas dari penyebaran kebencian; Peningkatan kerja sama dan kesetiakawanan sosial; Peningkatan peran lembaga agama, keluarga dan media publik yang mengajarkan perdamaian dan toleransi; serta Peningkatan kemandirian ekonomi dan daya saing bangsa. 

Pada Sabtu, 14 Oktober 2017 silam, saya berkesempatan diundang menjadi salah satu Narasumber dalam Diskusi Buku berjudul “Cerita untuk Sahabat” yang merupakan kumpulan esai terpilih karya orang muda tentang multikultural. Kebetulan saya merupakan salah satu penulis yang karya esainya terpilih. Jujur, ini menjadi kesempatan berharga dan kehormatan tersendiri bagi saya pribadi. Dalam diskusi tersebut saya diminta menceritakan kembali terkait isi tulisan dan berbagi sedikit gambaran tentang pengalaman saya menghadapi keberagaman.

Secara apa adanya saya ceritakan bahwa saya terlahir dan dibesarkan di Kota Manado, Sulawesi Utara. Kota yang terkenal dengan mayoritas masyarakatnya beragama non muslim, sedangkan di satu sisi keluarga saya merupakan keturunan Jawa yang notabene beragama Islam. Tapi, penting untuk diketahui bahwa berdasarkan laporan kajian riset oleh Setara Institute diperoleh hasil bahwa Kota Manado merupakan salah satu kota dengan tingkat toleransi terbaik/tertinggi di Indonesia. Riset ini bertujuan mempromosikan kota-kota yang dianggap berhasil mengembangkan toleransi di Indonesia. Kedepan diharapkan laporan riset ini dapat menjadi pemicu bagi kota lainnya untuk mengembangkan sikap toleransi. Hal ini seakan menunjukkan bahwa keberagaman menjadi aset berharga suatu daerah.

dok: databoks.katadata.co.id
Berdasarkan data, umat muslim merupakan kelompok agama dengan pertumbuhan tercepat di dunia, sebuah riset dari Pew Research Center menyebutkan bahwa hingga tahun 2050 mendatang diproyeksikan pertumbuhan umat beragama khususnya populasi umat muslim di dunia diperkirakan akan tumbuh hingga 75 persen! Angka ini merupakan dua kali lipat pertumbuhan penduduk di dunia yang diperkirakan hanya sekitar 35 persen. Angka yang sangat fantastis ini semestinya lantas membuat kita (re: umat muslim) lebih menunjukkan bahwasanya Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin yaitu agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh umat di dunia tanpa terkecuali.

dok: databoks.katadata.co.id
Disinilah letak krusialnya, intoleransi agama menjadi yang paling sensitif sebagaimana diungkapkan oleh Karlina Supelli (baca: disini) dalam penuturannya pada ulang tahun ke – 23 Aliansi Jurnalis Independen Indonesia. Kekuatan intoleransi agama yang membedakannya dari intoleransi jenis lain ialah kemampuannya mengemukakan perbedaan identitas menurut skema pertarungan abadi antara kebaikan dan kebathilan. Sehingga upaya menolak intoleransi dan merawat Indonesia merupakan suatu keharusan.

Sebagaimana hasil survey toleransi masyarakat muslim terhadap non muslim yang dilakukan oleh Wahid Foundation, diperoleh hasil bahwa Indonesia memang masih rentan intoleransi dan rawan perilaku intoleran. Hasil survey menunjukkan bahwa sekitar 40,4 persen masyarakat muslim telah bersikap toleran dan 38,4 persennya bersikap intoleran terhadap non muslim. Perbedaan persentase yang sangat sedikit tersebut patut menjadi perhatian multipihak.

dok: databoks.katadata.co.id
Berkenaan dengan hal tersebut, penghormatan sebesar-besarnya terhadap Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Komunitas Orang Muda Katolik (OMK) karena telah memfasilitasi dan memungkinkan terselenggaranya penerbitan buku berisi kumpulan esai terpilih karya orang muda tentang multikultural dan Diskusi Buku bersama para narasumber dengan kepakarannya masing-masing. Terimakasih atas apresiasinya!

dok: pribadi
Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia menjadi komunitas yang gencar menebar pesan perdamaian dan menjadi inspirasi bagi banyak pihak. Ragam kegiatan positif dilakukan kaitannya untuk menebar kebaikan dalam keberagaman diantaranya melalui kompetisi penulisan, penerbitan buku, diskusi buku serta kegiatan dalam rangka menyambut Asian Youth Day pada Juli 2017 silam di Yogyakarta. 

dok: pribadi
Saya lantas teringat postingan berita tanggal 29 Maret 2017 di laman independen.id yang berjudul “Umat Islam dan Katolik di Dusun Kalibago Ikut Merayakan Nyepi”. Betapa beragam dan berwarna-warninya fenomena kehidupan yang ada ketika pemeluk agama Islam, Katolik dan Hindu saling bersatu padu dan bersuka cita bersama tanpa mempermasalahkan perbedaan keyakinan yang ada. Sungguh nuansa toleransi beragama yang syahdu. Pada dasarnya, perbedaan merupakan hak warga Negara (baca: disini). Aliansi Jurnalis Independen Indonesia (AJI) juga turut menyatakan bahwa perlunya membangun kembali pemahaman publik akan makna toleransi dan kebhinekaan Indonesia. 

Sebagaimana diungkapkan oleh Romo Antonius Haryanto Pr selaku Sekretaris Eksekutif Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia bahwasanya “…Kita diciptakan dan hadir di dunia dalam perbedaan. Keragaman ini justru memampukan kita untuk melihat betapa hidup manusia justru kaya oleh perbedaan. Betapa tidak sempurnanya kita sehingga kebutuhan saling melengkapi adalah niscaya”.

Tak ketinggalan pesan perdamaian oleh Alamsyah M Dja’far selaku Senior Officer Riset, Kebijakan dan Advokasi Wahid Foundation yang juga sekaligus sebagai anggota dewan juri pada kompetisi penulisan Multikultural Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia. Beliau menyatakan bahwa persoalan yang timbul dari konflik yang ada menjadi tugas terberat kita semua – komunitas beragama berkeyakinan – sekarang dan di masa mendatang.

Pada akhirnya, memahami makna toleransi tentunya memerlukan lingkungan yang beragam dan bukannya seragam. Oleh karena itu perbedaan sangat diperlukan. Kita tidak bisa terus menerus berharap berada di lingkungan yang homogen. Kehidupan yang heterogen alias beragam akan mengajarkan kita banyak hal bahwasanya berbeda itu hal biasa dan berbeda itu tidak apa-apa. Sejenak beranjak dari zona nyaman akan mengajarkan kita esensi keikhlasan untuk saling menerima satu sama lain. Kita memang tidak sama tapi kita bisa bekerja secara bersama-sama. Salam damai!

Referensi: 
Cat: Penulis merupakan Mahasiswa Pascasarjana IPB Bogor. Karya esainya yang berjudul “Harmonisasi Toleransi: Memaknai Keindahan Hakiki” terpilih menjadi esai terbaik dan telah dibukukan dalam buku berjudul “Cerita untuk Sahabat” yang bertema multikultural oleh Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia.

Ket: tulisan diikutsertakan dalam Blog Competition Festival Media 2017 & IndependenId serta Aliansi Jurnalis Independen (AJI)