Selasa, 27 Maret 2018

Keuangan Syariah Semakin Bergairah

dok: www.fifgroup.co.id
Peningkatan daya saing jasa keuangan diantaranya berkaitan dengan bidang keuangan syariah. Meskipun perkembangan keuangan syariah sejauh ini terus menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, namun masih terdapat beberapa isu dan permasalahan yang dapat menghambat potensi yang dimiliki Indonesia. 

Permasalahan yang dihadapi bidang keuangan syariah diantaranya yaitu: 1) Aset lembaga keuangan syariah di Indonesia yang masih relatif kecil dibanding dengan aset lembaga keuangan konvensional dan dibanding dengan aset lembaga keuangan syariah di beberapa negara; 2) Kurangnya koordinasi dan dukungan dari pemerintah untuk mempromosikan keuangan syariah; 3) Kurangnya Sumber Daya Manusia di bidang keuangan syariah baik dari segi kuantitas maupun kualitas atau kompetensi; 4) Berbagai produk lembaga keuangan syariah sangat terbatas dan belum memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dan pelaku usaha. 

dok: Kementerian PPN/Bappenas
Di satu sisi, lesunya perekonomian domestik serta upaya menekan kredit bermasalah membuat kredit bank-bank kecil mengalami kesulitan ekspansi kredit. Dari para pelaku usaha juga cenderung menahan diri dalam melakukan pencairan pinjaman karena menunggu membaiknya daya beli masyarakat. Oleh karenanya, Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) I, baik bank umum maupun bank umum syariah mengalami pertumbuhan kredit negatif. Data Statistik Perbankan Indonesia Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa kredit bank umum syariah BUKU I turun 25,61 persen menjadi Rp 11,52 triliun dibanding sebelumnya. 

Rasio kecukupan permodalan (CAR) perbankan nasional hingga September 2016 berada di atas ketentuan, yakni 8 persen. Rata-rata rasio pemenuhan kecukupan modal minimum bank umum hingga triwulan III-2016 sebesar 22,6 persen. Bank Syariah BUKU III mencatat rasio terendah, yakni 12,11 persen. Guna memperkuat permodalan dan ekspansi, beberapa perbankan nasional berencana menerbitkan saham baru (right issue) pada tahun 2017. Hingga September 2016, Bank BUKU II mencatat kenaikan rasio kecukupan modal tertinggi sebesar 258 basis poin dibanding September 2015. 

dok: databoks.katadata.co.id
Mengingat keterbatasan perkembangan keuangan syariah, maka Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) perlu untuk dioptimalkan peranannya guna mengawal pelaksanaan agenda kerja pengembangan keuangan syariah sesuai yang tercantum dalam Masterplan Arsitektur Keuangan Syariah Indonesia. 

Berdasarkan data, total aset bank syariah pada November 2017 silam menembus Rp 400 triliun untuk pertama kalinya. Statistik Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa aset bank syariah pada November 2017 tumbuh 12,6 persen menjadi Rp 401,45 triliun dari posisi akhir tahun sebelumnya. Jumlah tersebut terdiri atas Bank Umum Syariah Rp 278 triliun dan Unit Usaha Syariah (UUS) senilai Rp 123,4 triliun. 

dok: databoks.katadata.co.id
Adapun Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terhimpun hingga November 2017 mencapai Rp 322,7 triliun dengan pembiayaan bagi hasil Rp 112,75 triliun. Pada November 2017, Rasio Kecukupan Modal (CAR) bank syariah mencapai 17 persen dan rasio pembiayaan kepada pihak ketiga (FDR) sebesar 80,07 persen. Sedangkan rasio pembiayaan bermasalah (NPF) mencapai 5,27 persen. 

dok: databoks.katadata.co.id
Berkenaan dengan hal tersebut, perbankan syariah Indonesia tumbuh pesat dalam lima tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat dari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan syariah nasional tahun 2010 hingga tahun 2015 meningkat sebesar 204 menjadi Rp 231,2 triliun. Sektor swasta mendominasi penempatan DPK di perbankan syariah sebesar Rp 192 triliun atau sekitar 83 persen, sementara dana pemerintah hanya mencapai Rp 38 triliun atau 16,5 persen. 

dok: databoks.katadata.co.id
Pada periode 2010-2015, laba perbankan syariah dan unit syariah dalam lima tahun terakhir juga tumbuh 73 persen menjadi Rp 1,8 triliun. Namun, melambatnya perekonomian domestik serta melemahnya nilai tukar rupiah membuat laba perbankan syariah pada tahun 2015 hanya tumbuh sebesar tiga persen dari tahun sebelumnya. 

Kendati demikian, Kompas (20/03/18) melansir bahwa industri keuangan syariah Indonesia terus tumbuh dalam tiga tahun terakhir. Hingga Desember 2017, total aset keuangan syariah Indonesia mencapai sekitar Rp 1.133,71 triliun, tetapi belum termasuk saham syariah. Strategi pengembangan keuangan syariah fokus pada literasi dan edukasi masyarakat. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melansir bahwa pertumbuhan industri keuangan syariah Indonesia mencapai 20,69 persen pada tahun 2015, lalu naik menjadi 29,84 persen pada tahun 2016 dan menjadi 26,97 persen pada tahun 2017. Industri keuangan ini mencakup perbankan syariah, pasar modal syariah dan industri keuangan non-bank syariah. 

Hal ini lantas menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi dan peran signifikan dalam pasar keuangan syariah global. Total aset keuangan syariah Indonesia pada tahun 2017 menempati peringkat ke – 7 terbesar di dunia. Sistem keuangan syariah Indonesia diakui terlengkap dengan lanskap ekonomi syariah dan filantropi syariah yang memadai. Mengingat saat ini Indonesia telah memiliki 13 bank umum syariah, 21 unit usaha syariah dan 167 bank pembiayaan rakyat syariah. Pangsa pasar produk ketiga jenis lembaga keuangan tersebut 14,8 persen dari total nilai instrumen di pasar modal Indonesia. Adapun total asetnya Rp 435 triliun atau 5,8 persen dari total aset perbankan Indonesia tahun 2017. 


Adapun AMITRA yang berperan sebagai Syariah Financing dan salah satu layanan pembiayaan FIFGROUP yang merupakan anak perusahaan ASTRA yang terpercaya. Berdasarkan data, jasa keuangan menopang pertumbuhan laba Astra International. 

dok: www.fifgroup.co.id/amitra
PT Astra International Tbk sepanjang tahun 2017 mampu membukukan pertumbuhan laba 24,58 persen menjadi Rp 18,88 triliun dari tahun sebelumnya Rp 15,16 triliun. Pertumbuhan tersebut dipicu oleh naiknya pendapatan sebesar 14 persen menjadi Rp 206,06 triliun dari tahun sebelumnya hanya Rp 181,08 triliun. 

dok: databoks.katadata.co.id
Melonjaknya laba anak usaha di sektor jasa keuangan sebesar 375,54 persen menjadi Rp 3,75 triliun dari tahun sebelumnya hanya Rp 789 miliar menjadi penopang laba Astra tetap tumbuh. AMITRA sebagai bagian layanan pembiayaan FIFGROUP dan merupakan anak perusahaan ASTRA diharapkan dapat menjadi salah satu pendorong naiknya laba sektor jasa keuangan ASTRA. 

dok: https://indopos.co.id/
Lingkup pembiayaan syariah AMITRA sendiri diantaranya yaitu berupa pembiayaan emas dan pembiayaan aqiqah yang memberi kemudahan dalam memenuhi kewajiban ibadah aqiqah sesuai dengan prinsip syariah. 

dok: http://www.fifgroup.co.id/amitra
dok: http://www.fifgroup.co.id/amitra
Lebih lanjut, pihak Sekretariat Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) berencana membentuk bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Syariah skala besar untuk meningkatkan pangsa pasar. Terdapat alternatif pembentukan bank syariah, yakni: Membentuk perusahaan induk bank syariah; Menggabung bank syariah yang ada; dan Memberi suntikan pada tiga bank syariah terbesar. Kedepan diharapkan strategi nasional pengembangan ekonomi dan keuangan syariah harus berbasis teknologi. Kehadiran teknologi finansial dan usaha rintisan perlu dilibatkan untuk menarik pangsa pasar anak muda. 

dok: Kementerian PPN/Bappenas
AMITRA dapat menjadi pilihan alternatif pembiayaan syariah. Bila berkenan maka dapat menghubungi nomor kontak di bawah ini untuk keterangan lebih lanjut:
dok: www.fifgroup.co.id
*Penulis merupakan Program Manager di Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif (SNKI). Penulis memiliki ketertarikan terhadap dunia pembiayaan, kredit, perbankan, dan keuangan inklusif. 

Referensi: 
cat: tulisan diikutsertakan dalam AMITRA WRITING COMPETITION #AMITRA #AMITRAWritingCompetition

dok: http://www.fifgroup.co.id/amitra

Sabtu, 24 Maret 2018

Edukasi Inklusif, Kunci Kemajuan Pembangunan Manusia

Presiden Republik Indonesia, Bapak. Ir. Joko Widodo dalam lampiran pidato kenegaraannya pada tahun 2017 silam menyebutkan bahwa pendidikan merupakan bagian dari Dimensi Pembangunan Manusia yang notabene merupakan Srategi Pembangunan Nasional. Pembangunan pendidikan dicapai dengan meningkatkan pemerataan akses, kualitas, relevansi dan daya saing.

Kendati demikian, kesenjangan partisipasi pendidikan masih ditemui baik antar provinsi maupun antar kabupaten/kota di dalam provinsi. Secara umum kesenjangan tersebut terjadi karena kendala geografis dan ketersediaan infrastruktur penunjang yang memudahkan anak dalam mengakses layanan pendidikan. Upaya meningkatkan pemerataan dan memperluas akses pendidikan ditempuh melalui penyediaan bantuan operasional di semua jenjang untuk mengurangi beban masyarakat dalam menanggung biaya pendidikan di sekolah. 
dok: Lampiran Pidato Presiden RI, 2017
Berkenaan dengan hal tersebut, pembangunan pendidikan kedepan masih dihadapkan pada permasalahan dan tantangan diantaranya: 1) Belum semua penduduk memperoleh layanan akses pendidikan yang berkualitas; 2) Masih terdapat kesenjangan partisipasi pendidikan dasar antar wilayah dan antar kelompok pendapatan; 3) Belum maksimalnya pelaksanaan wajib belajar pendidikan 12 tahun yang berkualitas; 4) Masih rendahnya akses, kualitas, relevansi dan daya saing pendidikan; 5) Masih rendahnya kualitas proses pembelajaran, terutama terkait dengan jaminan kualitas layanan pendidikan, lemahnya pelaksanaan kurikulum serta lemahnya sistem penilaian pendidikan; 6) Masih terdapat ketidaksesuaian pendidikan kejuruan dengan kebutuhan dunia kerja; 7) Masih timpangnya ketersediaan guru antar sekolah dan antar wilayah; 8) Belum signifikannya dampak berbagai program peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru terhadap peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa; 9) Melemahnya pendidikan budi pekerti di sekolah; 10) Makin pudarnya karakter dan jati diri bangsa pada diri siswa; serta 11) Masih belum optimalnya pendidikan masyarakat dan pendidikan keterampilan kerja. 


Di satu sisi penting untuk diketahui bahwa guru dengan pengalaman 15 tahun mengajar di Indonesia, termasuk salah satu profesi dengan nominal gaji paling rendah di dunia. Mengutip data dari Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), besarnya gaji yang diterima oleh guru sekolah dasar di Indonesia per tahun adalah US$ 1.974. Hal ini tentu menjadi kendala tersendiri di tanah air berkaitan dengan kesejahteraan para pendidik. 

dok: databoks.katadata.co.id
Guna mempercepat peningkatan taraf pendidikan penduduk serta mengatasi beberapa permasalahan yang ada maka kebijakan pembangunan pendidikan sebaiknya diarahkan pada: 1) Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan dasar serta memperluas dan meningkatkan pemerataan akses, kualitas dan relevansi pendidikan menengah; 2) Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penjaminan mutu pendidikan, pengembangan kurikulum sesuai kebutuhan zaman serta penguatan sistem penilaian pendidikan yang komprehensif dan kredibel; 3) Meningkatkan profesionalisme, kualitas, pengelolaan dan penempatan guru yang merata; 4) Meningkatkan akses, kualitas, relevansi dan daya saing pendidikan masyarakat dan layanan pendidikan. 

dok: Lampiran Pidato Presiden RI, 2017
Buktinya, pemerintah telah berkomitmen untuk mengalokasikan 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 untuk pendidikan dengan tujuannya meningkatkan kualitas pendidikan serta mencapai sasaran program pemerintah. Di antaranya adalah Program Indonesia Pintar ditargetkan dapat dimanfaatkan oleh 19,7 jiwa, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk 56 juta siswa, Bidik Misi untuk 401 ribu mahasiswa, serta perbaikan ruang ruang kelas. Indikator pendidikan juga ditargetkan mengalami perbaikan pada tahun ini. 

dok: databoks.katadata.co.id
Kebijakan pembangunan pendidikan juga diarahkan untuk mendukung pelaksanaan revolusi mental khususnya di satuan pendidikan melalui: Peningkatan kualitas dan efektivitas pendidikan karakter/budi pekerti dan budaya bangsa; Penciptaan lingkungan pendidikan yang menumbuhkan integritas, beban intimidasi dan kekerasan; serta Penegakan hukum dan disiplin di sektor pendidikan. 

Sebagaimana diungkapkan oleh Michelle Obama pada 2009 silam dalam kunjungan resmi pertamanya sebagai Ibu Negara di Elizabeth G. Anderson School dimana beliau menyatakan bahwa “A Passionate, personal case for education”. Pendidikan yang baik merupakan hal yang penting. Oleh karenanya, semua orang berhak memperoleh akses yang sama terhadap pendidikan. Michelle meyakini bahwa pendidikan berpengaruh terhadap nasib seseorang. Sehingga dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. 


Kesadaran akan pentingnya pendidikan menjadi tanggung jawab multipihak, tidak terkecuali para pihak swasta. Semisal, EduCenter yang merupakan pusat belajar dan kursus yang kemudian menjadi Mall Edukasi pertama di Indonesia. Konsep EduCenter sendiri yaitu sebagai pusat edukasi pertama dan terbesar di Indonesia dengan lebih dari 20 institusi pendidikan ternama didalamnya. 

dok: https://www.educenter.id
Adapun berdasarkan hasil penelusuran laman Alexa.com diperoleh informasi bahwa laman web EduCenter memiliki tren yang terus meningkat yang menandakan bahwa EduCenter mulai sering diakses oleh masyarkat semenjak 2017 silam hingga sekarang. 

dok: https://www.alexa.com/
Tak pelak hal ini membuat kehadiran EduCenter seakan menjadi angin segar terhadap pelbagai permasalahan pendidikan di tanah air. EduCenter menjadi pusat pendidikan terintegrasi dan memiliki konsep yang menarik. EduCenter diyakini akan dapat menjadi terobosan baru dalam bidang pendidikan tanah air dengan mengusung jargon “One Stop Education of Excellence”

dok: https://www.educenter.id
Nah, bagi teman-teman sekalian yang ingin merasakan sensasi edukasi yang berbeda maka bisa langsung datang dan mengunjungi EduCenter, mall edukasi pertama di Indonesia. Berikut alamatnya:

dok: https://www.educenter.id
*Penulis merupakan Narasumber Ahli Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta (2014 – 2015) dan saat ini bertugas di Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif. Penulis memiliki ketertarikan terhadap dunia pendidikan dan literasi. 

Referensi: 
Cat: tulisan diikutsertakan dalam #EduCenter Blog Competition

dok: https://www.educenter.id

Minggu, 18 Maret 2018

Edukasi Literasi melalui Motivasi dan Inspirasi ala Pustaka Unsyiah

dok:  http://aceh.tribunnews.com
Presiden Republik Indonesia, Bapak Ir. Joko Widodo dalam lampiran pidato kenegaraannya pada tahun 2017 silam menyebutkan bahwa pembangunan perpustakaan bertujuan untuk meningkatkan literasi masyarakat yang tercermin pada budaya dan kebiasaan membaca. Keberhasilan pembangunan perpustakaan ditandai dengan meningkatnya budaya gemar membaca dan kualitas layanan perpustakaan. 

Adapun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari Good News From Indonesia yang bersumber dari NOP World Culture Score Index, bahwasanya Indonesia menempati peringkat ke – 16 dan menjadi salah satu Negara yang gemar membaca (berdasarkan berapa jam yang dihabiskan setiap orang membaca dalam sepekan). Tentunya hal ini menjadi kabar yang sangat menggembirakan! 

dok: GNFI
Berdasarkan data yang diperoleh secara nasional bahwa pada tahun 2016 silam capaian keberhasilan dari berbagai upaya yang telah dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut diantaranya ditandai oleh: 1) Meningkatnya jumlah pengguna perpustakaan menjadi 41 persen dari total penduduk Indonesia; 2) Meningkatnya jumlah koleksi perpustakaan seluruh Indonesia menjadi 130.456.544 judul dan koleksi sumber elektronik (e-resources) yang terdiri dari 21.504 judul e-book dan 123.124 judul e-journal; 3) Tersedianya layanan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia berbasis digital dan perangkat mobile; 4) Meningkatnya kualitas 22 persen tenaga perpustakaan yang tersertifikasi dan 430 perpustakaan yang telah terakreditasi. 

Sayangnya, di satu sisi tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat beberapa permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pembangunan perpustakaan diantaranya: 1) Masih rendahnya minat masyarakat untuk membaca buku, terutama buku cetak; 2) Persebaran perpustakaan yang belum merata serta masih terbatasnya keragaman koleksi dan jejaring perpustakaan; 3) Serta terbatasnya tenaga perpustakaan baik secara kuantitas maupun kualitas. 

Berbagai kendala/permasalahan ini diantaranya dikarenakan aktivitas sosial yang paling banyak dilakukan penduduk Indonesia untuk mengisi waktu luang adalah dengan menonton televisi. Menurut hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS), preferensi penduduk menonton televisi terus meningkat sejak tahun 2003. Sebaliknya, menghabiskan waktu dengan cara membaca koran atau majalah, trennya memperlihatkan penurunan. Survei secara periodik oleh BPS, menempatkan perilaku membaca masyarakat dengan proporsi paling kecil dibanding indikator sosial lain. 

dok: https://databoks.katadata.co.id
Oleh karenanya, diperlukan arah kebijakan dan strategi yang ditempuh guna mencapai sasaran diantaranya yaitu: 1) Meningkatkan kegemaran membaca masyarakat melalui: Peningkatan intensitas kegiatan pembudayaan gemar membaca di masyarakat; Peningkatan peran relawan gerakan gemar membaca berbasis komunitas; 2) Meningkatkan layanan perpustakaan melalui: Integrasi layanan perpustakaan berbasis aplikasi mobile; Peningkatan gerakan open access nasional dengan kerja sama dan integrasi data antar perpustakaan, kearsipan dan museum; serta Peningkatan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia di bidang perpustakaan secara nasional dengan kerja sama lintas sektor baik pemerintah pusat maupun daerah; 3) dan Meningkatkan literasi informasi masyarakat Indonesia. 

Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) lantas berupaya mengambil peran guna mengatasi permasalahan tersebut. Berdasarkan data dari laman Alexa dilansir bahwa tingkat kepopuleran laman Unsyiah menempati ranking ke 763 secara nasional dengan tren yang terus mengalami peningkatan. 

dok: https://www.alexa.com/siteinfo/unsyiah.ac.id
Unsyiah bahkan telah dinobatkan sebagai pusat literasi di Aceh semenjak tahun 2017 silam berkenaan dengan dikukuhkannya Aceh sebagai Juara Pertama Lomba Perpustakaan Tingkat Nasional. Sehingga pada tahun 2018 ini Unsyiah berfokus untuk menguatkan daya saing regional. 
dok: http://aceh.tribunnews.com

dok: http://aceh.tribunnews.com
Hal ini seakan membuktikan bahwa UPT. Perpustakaan Unsyiah berupaya untuk memotivasi dan menginspirasi multipihak, tidak terkecuali para anak muda. Jujur saja, ini merupakan kali ketiga saya mengulas tentang UPT. Perpustakaan Unsyiah. Pada tahun 2016, saya pernah membuat ulasan tentang UPT. Perpustakaan Unsyiah yang mengusung tema “Knowledge is Free” dan mengulas tentang pengembangan budaya literasi dan akses baca di UPT. Perpustakaan Unsyiah (baca: disini). Selain itu, pada tahun 2017 silam saya mengulas tentang UPT. Perpustakaan Unsyiah dengan tema “More Than Just a Library” dengan ulasan berjudul jantung hati pemompa semangat insan literasi (baca: disini).

Secara pribadi jujur saya merasa termotivasi dan terinspirasi dengan adanya kerja keras dari UPT. Perpustakaan Unsyiah agar menjadi lebih baik lagi. Melihat upaya yang terus dilakukan oleh UPT. Perpustakaan Unsyiah membuat saya berkeinginan untuk juga turut serta berbagi inspirasi guna memotivasi dan menginspirasi banyak orang. Belum lama ini saya membuat sebuah grup beranggotakan sekitar 200 orang yang bernama “One Day One Journal” di laman media sosial Facebook yang merupakan wadah untuk berbagi informasi terkait dunia literasi. Selain itu, saya juga berkesempatan menerbitkan tiga buah buku antologi selang dua tahun terakhir. Hal ini semata-mata karena termotivasi dan terinspirasi dari kerja keras UPT. Perpustakaan Unsyiah.

dok: pribadi
dok: https://www.facebook.com/groups/onedayonejournal/
Selain itu, berkat UPT. Perpustakaan Unsyiah saya juga semakin bersemangat untuk melakukan pencapaian, kreasi dan inovasi yang lebih baik dan berguna tidak hanya bagi diri sendiri melainkan orang lain. Sebagai contoh, pada beberapa waktu silam saya berkesempatan memperoleh anugerah penghargaan sebagai Juara II dalam Lomba Nulis Blog oleh salah satu instansi pemerintah. Hal ini tentu saja menjadi salah satu pengalaman yang berharga dan sarat akan makna dikarenakan dalam menghasilkan sebuah karya seperti artikel tulisan maka sebagai penulis kita dituntut untuk sering berinteraksi dengan beberapa referensi yang tentu saja bersumber dari perpustakaan maupun akses internet. 

dok: @agustinusblogger
Nah, disinilah letak peran serta UPT. Perpustakaan Unsyiah dalam menghadirkan beragam informasi yang akurat dan terpercaya sebagai bahan rujukan untuk sebuah karya berupa tulisan. Ternyata selain berperan dalam menyiapkan bahan referensi terpercaya, UPT. Perpustakaan Unsyiah juga berkontribusi guna memotivasi dan menginspirasi dalam sebuah kelas inspirasi sebagaimana postingan video berikut ini. Salut! Tetap memotivasi, terus menginspirasi! 


*Penulis pernah bekerja sebagai Narasumber Ahli di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta (2014 – 2015). Penulis memiliki ketertarikan terhadap dunia pendidikan dan literasi. 

Referensi: 
Cat: tulisan diikutsertakan dalam Blog Competition Unsyiah Library Fiesta 2018

dok: UPT. Perpustakaan Unsyiah