Minggu, 19 Maret 2017

Bangga di Banggai, Bagai Memaknai Jejak Para Raja

Banggai itu dimana, sih?

dok: https://joshuaproject.net/people_groups/10649/ID
Kabupaten Banggai merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang beribukota di Luwuk. Daerah ini berbatasan dengan Teluk Tomini di sebelah utara, Selat Peling di sebelah selatan, Kabupaten Poso dan Kabupaten Morowali di sebelah barat dan Kabupaten Banggai Kepulauan di sebelah timur.

Sejarah 

Berdasarkan sejarah, Kabupaten Banggai berkaitan erat dengan sejarah Kerajaan Banggai. Wikipedia melansir bahwa sejarah kerajaan Banggai berkaitan pula dengan sejarah pemerintahan kolonial Belanda dan Jepang di wilayah kerajaan Banggai serta pergolakan rakyat di Kabupaten Banggai guna menuntut dan berjuang demi terbentuknya daerah otonom.


Budaya dan Kearifan lokal 

Adapun budaya dan kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Kabupaten Banggai tercermin dari adat istiadat leluhur suku Loinang (Saluan), Lo’on (Balantak dan Andio) serta Lobo (Banggai, Peling dan Labobo). Pun, nama-nama yang kerap dipakai dalam pemerintahan zaman dulu yaitu bagi kepala daerah semisal di tingkat kabupaten yang dinamakan Tomundo setingkat Bupati.


Sumber Daya Alam

Kabupaten Banggai memiliki motto “Monsuani Tani” yang artinya gemar menanam. Hal ini dikarenakan kabupaten ini merupakan penghasil beras terbesar kedua setelah Kabupaten Donggala di Provinsi Sulawesi Tengah. Selain tanaman bahan makanan, terdapat pula hasil perkebunan rakyat seperti kelapa dalam, jambu mete, kopi robusta, cengkeh, kakao, kelapa hibrida dan lada.

Kabupaten Banggai juga dikenal sebagai penghasil kopra dan kelapa sawit dimana sebagian besar produksi kopra dan kelapa sawit diserap oleh industri minyak kelapa mentah yang dikelola oleh beberapa perusahaan diantaranya PT Bukit Permata Hijau dan PT Kurnia Luwuk Sejati.

Hasil hutan pun tidak kalah berperannya bagi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banggai. Pemasukannya terutama berasal dari kayu log dan selebihnya rotan, damar, kulit japari dan kemiri. Hasil pertanian dan perkebunan berdampak besar terhadap perdagangan. 


Jasa dan Infrastruktur

Selain pertanian, adapula sektor perdagangan yang menjadi tumpuan mata pencaharian penduduk. Oleh karenanya keberadaan infrastruktur berupa jalan darat yang memadai akan dapat lebih memudahkan para pedagang untuk berinteraksi sehingga memperlancar baik arus barang maupun jasa. Semisal Bandara Bubung yang terletak di Luwuk serta Pelabuhan Bunta dan Pelabuhan Luwuk yang berperan sebagai pelabuhan utama serta terdapat pula berbagai sarana dan prasarana pendukung lainnya seperti sarana pembangkit tenaga listrik, air bersih, gas dan jaringan telekomunikasi.

Adapun berdasarkan kajian “Profil dan Pemetaan Daya Saing Ekonomi Daerah” yang dilakukan oleh Bank Indonesia (2008) diperoleh informasi bahwa neraca daya saing daerah Kabupaten Banggai salah satunya ditentukan oleh Infrastruktur, Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Sedangkan hal yang masih perlu dibenahi antara lain terkait dengan lingkungan usaha produktif diantaranya yaitu belanja pelayanan publik, jumlah peraturan daerah yang bermasalah dan jumlah sektor basis daerah.


Pariwisata 

Sedangkan di sektor pariwisata, terdapat Suaka Marga Satwa Bangkiring dimana burung Maleo merupakan primadonanya. Burung Maleo merupakan salah satu hewan yang dilindungi. Selain itu terdapat pula beberapa tempat lainnya yang dapat menjadi andalan pariwisata diantaranya yaitu:

Air terjun Hanga-Hanga


Pulau Tikus; yang terkenal dengan pasir putihnya


Gua Liang

 
...dan masih banyak lagi!

Adapun alasan saya ikut serta dalam lomba menulis blog “Bangga di Banggai” ini ialah karena saya ingin turut serta menyebarluaskan informasi keindahan yang patut diketahui khalayak tentang tanah Sulawesi khususnya Banggai. Semata-mata agar masyarakat juga ikut merasakan kebanggaan atas kekayaan yang dimiliki tanah air Indonesia. Di satu sisi saya sendiri pun ingin merasakan kebanggaan dan atmosfer kemeriahan literasi serta keindahan sastra secara langsung dalam Festival Sastra di Banggai

Pameran Kain Nusantara di Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara (dok: pribadi)
Saya merupakan perempuan keturunan Jawa yang lahir dan dibesarkan di tanah Sulawesi tepatnya Sulawesi Utara, bumi nyiur melambai. Setidaknya dengan berupaya menulis dan berkontribusi dalam lomba “Bangga di Banggai” ini saya menaruh harapan besar agar dapat berkesempatan menjejakkan langkah di belahan tanah Sulawesi lainnya yaitu Sulawesi Tengah. Hal tersebut tentu akan menjadi suatu kebanggaan dan kehormatan tersendiri bagi saya pribadi. 

dok: https://twitter.com/babasalmombasa/media
Sumber: 
Cat: tulisan diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog “Bangga Di Banggai” oleh Babasal Mombasa dalam rangka Festival Sastra Banggai (FSB)

dok: www.festivalsastrabanggai.com

1 komentar:

  1. pengenlah saya juga menjejak Banggai mbak, apalagi pas ada momen FSB nya ya, lalu lanjut jalan2 *berangan-angan wkwkwk

    BalasHapus