Kamis, 20 Oktober 2016

Ingin Memulai Bisnis di Usia Muda? Jangan Gengsi!

“Sukses adalah Hak Saya”, ucap Andrie Wongso, salah seorang motivator terbaik di Negeri ini. Jadi, apapun yang terjadi saya memiliki hak paten untuk meraih tangga kesuksesan tersebut, tinggal bagaimana caranya saya mampu bertahan dan berupaya memenuhi kewajiban yang ada guna meraihnya.

Kali pertama belajar memulai bisnis ketika duduk di bangku Taman Kanak-Kanak (TK). Saya membantu ibu berjualan es mambo keliling kompleks perumahan. Tapi apa daya, harapan untung malah buntung. Es mambo habis terjual tapi uangnya nihil. Inilah awal mula mengecap pedihnya masa “kerugian” dalam memulai bisnis. Resiko semacam ini yang mesti ditanggung dan saya belajar banyak dari pengalaman tersebut, meski di usia yang masih sangat dini dan prematur.

Lalu, bisnis pun berlanjut ke bangku Sekolah Dasar (SD). Saya membawa beberapa mainan yang saya miliki di rumah ke sekolah untuk kemudian saya tawarkan kepada teman-teman di kelas. Dan, laris! Teman-teman menyukai mainan yang saya miliki dan mereka merelakan sebagian uang jajan mereka untuk diberikan kepada saya dengan imbalan mainan saya menjadi milik mereka. Alhasil, dengan uang yang dimiliki saya bisa membeli beberapa mainan baru dan sebagian uangnya saya tabung. Jadi, saya bersyukur semenjak kecil saya bisa memiliki tabungan hasil jerih payah sendiri baik hasil berjualan maupun menyisihkan uang jajan.

Semenjak SD pula, saya sering dimintai tolong wali kelas menjaga barang dagangan mereka. Setiap istirahat, saya duduk manis di pintu kelas sembari membaca materi pelajaran dan menjaga dagangan bila sewaktu-waktu ada yang datang membeli. Snack Fuji, Cup-cup, Mie kremez dan lainnya menjadi produk-produk dagangan yang familiar dalam keseharian. Tidak jarang saya pun memperoleh upah sekian rupiah dari hasil menjaga barang dagangan tersebut.

Entahlah, tapi saya menyenangi prosesi tersebut. Berjualan, mengalami kerugian, memperoleh keuntungan, menabung, jual – beli, menjaga dagangan, mendapat upah dan lainnya semacam menjadi ritual menyenangkan. Mungkin dari sinilah awal mula jiwa kewirausahaan saya dipupuk. 


Hingga duduk di bangku kuliah, saya memiliki online shop sendiri bernama FASHIONconscious. Isinya beraneka macam produk kewanitaan semisal tas, sepatu, dompet dan pakaian. Bisnis online shop di bidang fashion ini menyesuaikan dengan passion jiwa anak muda dan sasarannya juga anak muda khususnya kaum hawa. Pemasarannya dilakukan via media sosial melalui sistem dropship, reseller ataupun kulakan/grosir. Ya, tentunya ada plus/minus dari beberapa sistem yang coba saya terapkan tersebut. 

Semisal, dropship dan reseller. Kelebihannya ialah kita tidak perlu menyediakan tempat khusus untuk menampung barang dagangan. Selain mampu menghemat space, biaya terkait sewa tempat juga dapat diminimalisir. Dengan alasan kepraktisan, sebenarnya sistem berjualan semacam ini sangat disarankan karena barang dapat langsung dikirim kepada pembeli dengan mengatasnamakan online shop kita. Hanya saja kekurangannya ialah kita tidak dapat melihat langsung kualitas dari barang yang dimaksud. Sehingga terkadang nama baik online shop kita menjadi taruhannya kalau barang yang dibeli ternyata tidak sesuai ekspektasi.

Sedangkan dengan sistem kulakan alias grosiran memiliki kelebihan yang membuat kita mampu melihat sendiri kualitas barang yang kita inginkan untuk dipasarkan. Setidaknya kita turut menjadi saksi atas barang yang akan kita jual sendiri. Tapi, kekurangannya ialah kita harus menyediakan tempat khusus untuk display ataupun stok/penyimpanan barang-barang tersebut. Belum lagi bila ternyata situs yang kita yakini mampu mendatangkan keuntungan malah tidak sesuai harapan.

Tapi, saat ini segala kekurangan tersebut dapat dengan mudahnya diatasi salah satunya melalui ralali.com yaitu salah satu situs yang memberikan kemudahan memulai usaha secara kulakan/grosir. Situs ralali.com dilansir merupakan B2B Online Marketplace yang menyediakan segudang kemudahan bagi siapa saja yang masih awam dan berkeinginan kuat memulai bisnis.


“Marketing is everything”, merupakan jargon yang cukup fenomenal dalam dunia pemasaran. Seiring berjalannya waktu, tren dalam pemasaran menuju ke arah megatren yang perlu dipertimbangkan untuk masa depan. Lanskap ekonomi telah secara fundamental berubah dikarenakan teknologi dan globalisasi. Semua dapat bersaing berkat internet dan perdagangan yang lebih bebas.

Tidak dapat dipungkiri bahwasanya kekuatan ekonomi ialah hiperkompetisi yaitu ketika perusahaan mampu memproduksi lebih banyak barang daripada yang dapat dijual dengan cara lebih menekan harga. Hal ini juga mendorong perusahaan untuk membangun lebih banyak diferensiasi. Ralali B2B Marketplace lantas hadir dan menjadi bagian dari metamarket dimana memfasilitasi semua kegiatan yang tercakup dalam upaya memperoleh sebuah item untuk digunakan atau dikonsumsi. Kemudahan akses via Android Play Store juga semakin memudahkan calon pelanggan.


Sebagaimana yang diungkapkan oleh Peter Drucker, Bapak Manajemen Modern, bahwasanya bisnis memiliki dua fungsi dasar yaitu pemasaran dan inovasi. Dimana inovasi yang dihadirkan Ralali B2B Marketplace bukan sekedar berkutat dengan penciptaan produk yang baru dan lebih baik melainkan juga pengembangan sistem yang lebih baik dan konsep bisnis yang baru. 

dok: pribadi via app Play Store

dok: pribadi via app Play Store

dok: pribadi via app Play Store
Terlepas dari proses dan sistem dagang yang ada, saya bersyukur karena dengan berani memulai bisnis di usia muda saya mampu memenuhi sebagian kebutuhan saya sendiri. Dari hasil berjualan online tersebut misalnya saya mampu membeli gadget sendiri, meski harus nyicil hehe. Tapi minimal saya belajar untuk membayar dan melunasi cicilan saya sendiri. Semacam ada kebanggaan dan kepuasan tersendiri. Belum lagi saldo di rekening yang Alhamdulillah terus bertambah.

Layaknya para entrepreneur sejati, sebut saja Bob Sadino. Siapa yang tidak kenal beliau? Jurus sukses yang diajarkannya ialah tentang bagaimana pentingnya memupuk mental kewirausahaan khususnya bagi para anak muda Indonesia. Disiplin kerja yang tinggi, menjual dengan cinta, berupaya fokus, memulai semua dari nol merupakan cikal bakal keberhasilan yang berawal dari keyakinan. Yang pasti porsinya hanyalah 1 persen keberuntungan dan sisanya 99 persen adalah keringat. 

Philip Kotler, tokoh paling kompeten dalam pemasaran pernah berkata bahwa “Passion for knowledge”. Jadi, menjaga passion yang kita miliki merupakan salah satu upaya dalam menggali dan memelihara potensi yang dimiliki guna terus belajar agar berpengetahuan. 

Intinya, teruslah bersemangat dalam berkreasi dan berinovasi tiada henti dalam memulai bisnis. Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Think big, Start small and Move Fast! Dan satu lagi, buang jauh-jauh yang namanya gengsi! Bukan jamannya lagi jaim alias Jaga Image. Sekarang eranya berani tampil, buktikan kemampuan diri dan terus menjadi yang terdepan.


Nb: Penulis merupakan anggota Himpunan Mahasiswa Wirausaha Pascasarjana IPB Bogor. 

Cat: Tulisan diikutsertakan dalam Ralali Blogger Contest “Memulai Bisnis di Usia Muda” yang diselenggarakan oleh ralali.com

3 komentar:

  1. Balasan
    1. Hidup!!! Trims sudah mampir mas suga. Salam wirausaha :)

      Hapus
  2. Ralali.com emang membantu banget buat para pengusaha, karena mampu menghubungkan pengusaha satu dengan yang lainya untuk transaksi grosir lebih mudah. Sebagai tukang layangan, sayapun jadi terbantu dalam menemukan partner jualan saya

    Btw kunjungan baliknya ya di artikelku ini http://amir-silangit.blogspot.co.id/2016/11/mudahnya-memulai-usaha-di-usia-muda.html

    Terimakasih^_^

    BalasHapus