Jumat, 08 September 2017

Kongres Ekonomi Umat: Momentum Syarikat Islam Wujudkan Kemandirian Perekonomian

“Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat” – HOS Tjokroaminoto
Tahun 2017 digadang-gadang sebagai tahun kebangkitan ekonomi umat. Mengingat pada April 2017 silam telah berlangsung Kongres Ekonomi Umat Islam oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Deklarasi kongres menghasilkan beberapa konsep menarik diantaranya yaitu: Menegaskan sistem perekonomian nasional yang adil, merata dan mandiri dalam mengatasi kesenjangan ekonomi; Mempercepat redistribusi dan optimalisasi sumber daya alam secara arif dan berkelanjutan; Memperkuat sumber daya manusia yang kompeten dan berdaya saing tinggi berbasis keunggulan IPTEK, inovasi dan kewirausahaan; Menggerakkan koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi pelaku usaha utama perekonomian nasional; Mewujudkan mitra sejajar usaha besar dengan koperasi dan UMKM dalam sistem produksi dan pasar terintegrasi; dan Membentuk Komite Nasional Ekonomi Umat untuk mengawal arus baru perekonomian Indonesia.


Berdasarkan data Pew Research Center, disebutkan bahwa penduduk Muslim merupakan kelompok agama dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Hasil riset yang ada menyebutkan bahwa hingga tahun 2050 mendatang, populasi umat muslim di dunia diperkirakan akan tumbuh hingga 75 persen. Hal ini tentu saja menjadi peluang yang perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para pelaku usaha dalam rangka membidik konsumen.


dok: databoks.katadata.co.id
Dan kabar baiknya lagi bahwa Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar dunia. Berdasarkan data yang dilansir oleh The Pew Forum on Religion & Public Life, penganut agama Islam di Indonesia mencapai sebesar 209,1 juta jiwa atau 87,2 persen dari total penduduk. Jumlah tersebut merupakan 13,1 persen dari seluruh umat muslim di dunia.


dok: databoks.katadata.co.id
Indonesia menempati peringkat 3 destinasi ramah terhadap Muslim. Berdasarkan survei Mastercard-CresentRating yang bertajuk Global Muslim Travel Index 2017, Indonesia berada di urutan ketiga dari 130 destinasi pasar travel muslim di dunia. Indonesia berada di peringkat ketiga dengan skor 72,6 berada di bawah Malaysia (82,5) dan Uni Emirat Arab (76,9). Pada 2017, Indonesia berhasil menggeser Turki ke posisi keempat dari tahun sebelumnya berada di urutan ketiga. Hasil ini menunjukkan keberadaan Indonesia dalam sektor pariwisata dunia, terutama sebagai negara yang ramah terhadap wisatawan muslim. Destinasi wisata domestik sudah memiliki infrastruktur pangsa pasar wisata halal seperti makanan halal dan pembangunan masjid atau mushola hampir di seluruh wilayah Nusantara. Langkah ini tentu mendukung konsep pariwisata Halal Tourism yang tengah digencarkan oleh pemerintah. Alhasil, kemandirian ekonomi umat sudah didepan mata!


dok: databoks.katadata.co.id
Kendati demikian, satu hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan ekonomi umat ialah perlunya melibatkan peran serta ekonomi jaringan agar siap berkompetisi sekaligus agar mampu mengembangkan sikap kewirausahaan dalam menghadapi dinamika perekonomian. Kegiatan ekonomi umat yang berbasis ekonomi jaringan tentunya harus mampu mengadopsi teknologi tinggi sebagai faktor pemberi nilai tambah terbesar dari proses ekonomi itu sendiri. Faktor skala ekonomi dan efisiensi yang akan menjadi dasar kompetisi bebas menuntut keterlibatan jaringan ekonomi umat yakni berbagai sentra kemandirian ekonomi umat dengan pola pengelolaan yang menganut model siklus. Maka kedepan diyakini masyarakat Indonesia akan memiliki kesiapan memasuki era globalisasi dan serba digital dengan cara yang elegan dan kompetitif sebagaimana suatu korporasi yang disebut “New Indonesia Incorporated”.

Menjelang usianya yang ke 112 tahun, Syarikat Islam yang terbentuk semenjak 16 Oktober 1905 silam merupakan pelopor kedaulatan perekonomian umat. Syarikat Islam terus menunjukkan eksistensinya khususnya dalam meningkatkan kemandirian perekonomian umat. Berangkat dari kepedulian atas perekonomian rakyat sebagai dasar penggerak, fokus perhatiannya lantas mengarah tidak hanya terhadap permasalahan ekonomi, sosial, dan agama melainkan juga politik. Hal ini disinyalir semata-mata untuk membangkitkan semangat perjuangan Islam dalam semangat juang rakyat. Intinya, Syarikat Islam mengusung konsep gerakan dakwah ekonomi. 


Pada dasarnya Syarikat Islam memiliki tujuan yaitu: Mengembangkan jiwa dagang; Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha; Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat; Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam; dan Hidup menurut perintah agama. HOS Tjokroaminoto, sang pelopor Syarikat Islam menekankan bahwa organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan perdagangan antarbangsa Indonesia, membantu anggotanya yang mengalami kesulitan ekonomi serta mengembangkan kehidupan relijius dalam masyarakat Indonesia.

Dalam tayangan Mata Najwa berjudul “Belajar dari Guru Bangsa Tjokroaminoto” pada 2015 silam, dijelaskan bahwasanya sikap kepemimpinan berupa senioritas itu sepatutnya menghidupkan dan bukannya mengkerdilkan. Inilah senyata-nyatanya esensi dari suatu proses penciptaan kemandirian umat khususnya dalam perekonomian masa depan. Yuk, hijrah!

Referensi:
Ket: Penulis merupakan Kandidat Doktor Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Penelitiannya mengkaji tentang peran Bank Perkreditan Rakyat terhadap perekonomian regional dan kesejahteraan masyarakat. Penulis juga tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Wirausaha dan sebagai Anggota Koperasi HIMAWIPA.

2 komentar:

  1. Wah keren ya kak. Indonesia menjadi destinasi wisata halal dan ramah untuk kaum muslim.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya berdasar data yg ada Indonesia memang cukup potensial di bidang halal tourism. Hal ini menjadi peluang utk tumbuh kembang nya pertumbuhan ekonomi baru. Tks sudah mampir mba siti :)

      Hapus